Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kopassus Berebut Foto dengan Hercules, Netizen Geram: Preman Dijadikan Idola?

Repelita Jakarta - Viral di media sosial, momen sejumlah anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang berebut foto bersama tokoh kontroversial Hercules Rosario de Marshall menuai perhatian publik.

Kehadiran Hercules dalam kegiatan pelepasan ajudan Prabowo Subianto menciptakan perbincangan luas di kalangan netizen.

Tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana bisa seorang mantan preman menjadi figur yang dielu-elukan oleh pasukan elite TNI AD.

Pengguna platform X, King Purwa, menyampaikan kekhawatirannya dengan menulis, “Pasukan elit TNI AD, Kopassus, ‘mengidolakan’ seorang preman?”

Komentar ini kemudian memancing respons dari berbagai kalangan, termasuk pengamat sosial dan aktivis.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi, menanggapi fenomena ini dengan menyebut adanya pengkultusan berlebihan terhadap tokoh yang memiliki masa lalu kelam.

Islah menegaskan bahwa glorifikasi terhadap sosok seperti Hercules perlu dikritisi secara rasional.

Hubungan antara Hercules dan Kopassus sejatinya bukan hal baru.

Hercules pernah menjadi tenaga bantuan operasi (TBO) saat konflik di Timor Timur, dan dikenal memiliki hubungan kedekatan dengan Prabowo Subianto sejak era tersebut.

Dalam berbagai kesempatan, Hercules mengaku bahwa dirinya berutang nyawa kepada Prabowo yang kala itu menjabat sebagai perwira Kopassus.

Baca Juga

Kini, Hercules telah tampil dengan citra baru.

Ia aktif di dunia organisasi dan menjabat sebagai Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya.

Di kancah politik nasional, ia secara terbuka memberikan dukungan kepada pasangan Prabowo-Gibran pada Pemilu 2024.

Meski begitu, banyak pihak tetap meragukan apakah sosok seperti Hercules layak menjadi panutan.

Terlebih bagi institusi militer yang dikenal menjunjung tinggi disiplin, integritas, dan kehormatan.

Perdebatan ini membuka ruang diskusi tentang penerimaan sosial terhadap individu yang telah berubah.

Apakah masa lalu harus selalu membayangi langkah seseorang?

Atau perubahan dan kontribusi positif seharusnya diberi ruang untuk diapresiasi?

Pertanyaan-pertanyaan itu kini menggantung di ruang publik.

Masyarakat pun menunggu dengan kritis bagaimana arah pembentukan figur publik akan ditentukan di masa depan.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved