Repelita Jakarta - Pakar telematika Roy Suryo mengungkap dugaan kejanggalan dalam skripsi Presiden Joko Widodo.
Salah satu yang disorot adalah penulisan nama dosen pembimbing yang dianggap keliru.
Nama dosen pembimbing dalam skripsi Jokowi tertulis sebagai Prof. Dr. Ir. Achmad Soemitro.
Roy menyatakan bahwa nama tersebut seharusnya ditulis sebagai Achmad Sumitro, bukan dengan ejaan “oe”.
Ia menegaskan bahwa koreksi atas ejaan tersebut datang langsung dari putri almarhum Prof. Achmad Sumitro.
Putrinya yang kini tinggal di Australia menyatakan bahwa ejaan nama ayahnya tidak pernah menggunakan “oe”.
Roy juga menyoroti perbedaan mencolok pada tanda tangan dosen pembimbing yang tercantum dalam skripsi.
Menurutnya, tanda tangan tersebut berbeda dari tanda tangan asli almarhum Prof. Sumitro.
Roy mengklaim memiliki tanda tangan pembanding yang digunakan dalam dokumen resmi akademik.
Ia menyebut tanda tangan yang ada di skripsi seperti dibuat oleh orang yang baru belajar menandatangani.
Menurutnya, tekanan dan tarikan tanda tangan itu sangat berbeda dari yang asli.
Hal ini, menurut Roy, bisa dengan mudah dianalisis oleh grafolog.
Roy bahkan menyebut bahwa sang putri langsung tersenyum saat melihat tanda tangan di skripsi Jokowi.
Ia mengatakan itu bukan tanda tangan ayahnya.
Perdebatan tidak hanya terjadi soal ejaan dan tanda tangan.
Roy juga menyoroti struktur dan isi dari skripsi Jokowi secara keseluruhan.
Skripsi berjudul "Studi Tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis Pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta" itu ditulis sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan.
Penelitian dilakukan pada tahun 1985.
Namun Roy menilai ada sejumlah kejanggalan lain yang muncul.
Salah satunya adalah tidak adanya tanggal pengesahan dan tanda tangan dosen penguji.
Padahal unsur-unsur tersebut seharusnya menjadi bagian penting dalam dokumen skripsi.
Roy menambahkan bahwa UGM sendiri secara konsisten menuliskan nama Prof. Achmad Sumitro tanpa menggunakan “oe”.
Hal itu tampak dari dokumentasi berita duka yang ditayangkan pihak kampus pada tahun 2009.
Dalam tulisan itu disebutkan bahwa Prof. Dr. Ir. Achmad Sumitro wafat pada 21 September 2009 dan dimakamkan di pemakaman keluarga besar UGM.
Guru besar emeritus Fakultas Kehutanan itu disebut sebagai mantan Dekan yang berjasa bagi UGM.
Lebih lanjut, Roy menunjukkan bahwa tanda tangan Prof. Sumitro pernah dibagikan di media sosial oleh akun @aidagreen pada 2021.
Dalam unggahan itu terlihat tanda tangan asli yang dipakai dalam ijazah resmi.
"I just found my graduation certificate from forestry faculty, the university of Gadjah Mada.
Its signed by my dad, the dead, Prof. Achmad Sumitro.
He knew what he created. Proud of you dad."
Pernyataan tersebut menguatkan klaim bahwa tanda tangan asli berbeda dari yang ada di skripsi Jokowi.
Polemik ini memunculkan kembali keraguan sebagian masyarakat terhadap keabsahan dokumen akademik Presiden.
Desakan agar UGM memberi klarifikasi resmi pun kembali mengemuka.
Publik menunggu penjelasan yang utuh, lengkap, dan transparan dari institusi pendidikan tinggi tersebut.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok