Repelita, Bogor - Proyek wisata jembatan gantung yang membentang sepanjang 530 meter di Bogor, Jawa Barat, yang sebelumnya digadang-gadang sebagai yang terpanjang di dunia, kini menghadapi kenyataan pahit setelah resmi disegel oleh pemerintah.
Jembatan ini merupakan bagian dari proyek ekowisata Eiger Adventure Land (EAL), yang berlokasi di kawasan Megamendung, Kabupaten Bogor. Proyek megah ini awalnya dipromosikan sebagai destinasi wisata alam unggulan yang ramah lingkungan.
Namun, kenyataannya, keberadaan proyek ini justru memicu polemik serius terkait dampak lingkungan. Dengan ambisi untuk menjadi ekowisata berstandar internasional, EAL dibangun dengan investasi fantastis mencapai Rp 800 miliar, di atas lahan seluas 325 hektar di kaki Gunung Gede Pangrango.
Tempat ini menawarkan berbagai fasilitas, termasuk jembatan gantung spektakuler yang disebut-sebut mengalahkan jembatan di Arouca, Portugal, yang panjangnya 516 meter. Selain itu, EAL juga menyediakan berbagai wahana, seperti kereta gantung, forest adventure, dan perkampungan tradisional, yang bertujuan menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pembangunan EAL sebelumnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta pemerintah daerah. Pengelola proyek mengklaim bahwa mereka telah memenuhi izin yang ketat dari KLHK, dengan hanya 1,75 persen dari total lahan yang dijadikan area terbangun.
Mereka juga menyebutkan telah melakukan upaya konservasi, seperti penanaman pohon endemik dan menjaga keseimbangan ekosistem. Namun, di balik klaim sebagai wisata yang ramah lingkungan, pembangunan EAL justru memicu kekhawatiran serius. Alih fungsi lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dituding sebagai penyebab kerusakan lingkungan, termasuk longsor dan banjir yang terjadi di kawasan Puncak.
Banyak pihak yang menilai bahwa proyek ini tidak sejalan dengan prinsip ekowisata, yang seharusnya menjaga keseimbangan alam. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang hampir meresmikan EAL sebelum menjabat, tidak kuasa menahan air mata saat menyaksikan langsung dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pembangunan tersebut.
Dalam kunjungannya ke Desa Sukagalih, Kecamatan Cisarua, ia terkejut melihat tanah yang terbelah dan kondisi lingkungan yang telah berubah drastis akibat proyek tersebut. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tak kuasa menahan tangis ketika melihat alih guna lahan di kawasan Puncak Bogor, Jawa Barat. Alih guna lahan ini menjadi pemicu banjir berulang di kawasan berhawa dingin tersebut.
“Lah, itu sudah ada bangunan ya (jembatan gantung), itu paling melanggar, lihat itu terbelah sampai longsor,” ucap Dedi dengan nada geram, seperti dikutip Kompas.com. Ia menyesalkan pembangunan wisata yang justru merugikan masyarakat sekitar dengan risiko bencana alam.
Menyusul kekhawatiran dan protes dari berbagai pihak, pemerintah akhirnya mengambil langkah tegas dengan menyegel kawasan wisata Eiger Adventure Land. Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol, menyatakan bahwa proyek yang terbukti melanggar aturan lingkungan harus dihentikan.
Pengelola EAL pun diminta untuk membongkar sendiri fasilitas yang telah dibangun karena dinilai tidak sesuai dengan regulasi lingkungan. Dengan penyegelan yang sudah dilakukan tersebut, masa depan EAL kini berada di ujung tanduk. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok