Repelita Jakarta - Langkah Presiden Prabowo Subianto yang mengundang sejumlah konglomerat di Istana Kepresidenan selama dua hari berturut-turut menuai beragam tanggapan. Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi, menilai pertemuan ini sebagai gebrakan baru yang mencerminkan transparansi di era pemerintahan Prabowo.
Menurut Muslim, Prabowo menunjukkan pendekatan berbeda dibanding pendahulunya, Joko Widodo, dalam berkomunikasi dengan para taipan. Ia menyebut bahwa pertemuan serupa di era Jokowi sering dilakukan secara tertutup dan tidak diketahui publik.
"Ini seperti 'menampar' Jokowi. Memang selama ini pertemuan Jokowi dengan para taipan kan dilakukan di kamar gelap (tidak terbuka kepada publik)," kata Muslim, Jumat.
Ia juga menyinggung pengakuan salah satu investor Ibu Kota Nusantara (IKN) yang membantah klaim adanya ratusan investor dari berbagai negara, sehingga memunculkan dugaan bahwa pernyataan Jokowi soal investasi di IKN tidak sepenuhnya benar.
"Ada pengakuan konglomerat yang menyelamatkan muka Presiden Jokowi soal investor di IKN yang dibilang ratusan dari berbagai negara, buktinya itu bohong belaka. Itu salah satu bukti dari pertemuan di antara Jokowi dengan konglomerat dilakukan di kamar gelap," ujar Muslim.
Lebih lanjut, Muslim menilai keterbukaan Prabowo dalam mempublikasikan pertemuan dengan para konglomerat mencerminkan sikapnya yang tidak ingin cawe-cawe dalam urusan tertentu.
"Barangkali itu bentuk transparansi dari Prabowo," tambahnya.
Prabowo menggelar pertemuan pertama dengan delapan konglomerat pada Kamis. Mereka adalah Sugianto Kusuma alias Aguan, Anthony Salim, Tomy Winata, Boy Thohir, James Riady, Hilmi Panigoro, Franky Oesman Widjaja, dan Prajogo Pangestu.
Sehari kemudian, Prabowo kembali bertemu dengan kelompok yang sama, kali ini dihadiri pula oleh Chairul Tanjung, Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam, serta miliarder asal Amerika Serikat, Ray Dalio. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok