Repelita Jakarta - Kasus dugaan korupsi di PT Pertamina Patra Niaga terus menjadi sorotan publik. Kejaksaan Agung telah menetapkan sembilan tersangka terkait penyalahgunaan tata kelola minyak mentah dan produk kilang.
Modus operandi yang terungkap melibatkan pengoplosan BBM bersubsidi dengan zat aditif tertentu, sehingga meningkatkan nilai jualnya setara dengan bahan bakar non-subsidi.
Praktik ini diduga telah merugikan negara hingga hampir 1 Kuadriliun rupiah selama lima tahun.
Amien Rais, tokoh politik senior, menyoroti permasalahan ini sebagai bukti buruknya tata kelola migas di era pemerintahan Jokowi.
Ia menilai bahwa korupsi yang terjadi di Pertamina bukan hanya skandal biasa, tetapi sudah mencapai tingkat yang sangat serius, dengan potensi kerugian negara mencapai kuadriliun rupiah.
Hal ini mengindikasikan bahwa persoalan yang ada bukan sekadar kesalahan teknis, melainkan sudah menjadi bagian dari sistem yang berjalan selama bertahun-tahun.
Selain itu, dugaan keterlibatan keluarga dekat mantan Presiden Jokowi dalam tata kelola Pertamina turut memperkeruh keadaan.
“Dalam urusan korupsi di tubuh Pertamina, ternyata dua ponakan Jokowi juga terlibat. Bahkan, menurut John Sitorus, dua oknum tersebut mendapat promosi kepangkatan yang cukup cepat,” tutur Amien Rais dilansir dari youtube pribadinya.
Beberapa pihak menduga bahwa promosi jabatan terhadap individu tertentu dalam lingkungan Pertamina tidak lepas dari faktor kedekatan politik. Praktik ini semakin mempertegas adanya budaya nepotisme yang mengakar dalam birokrasi, di mana hubungan kekeluargaan menjadi faktor utama dalam penempatan jabatan strategis.
Kritik terhadap kondisi Pertamina saat ini juga menyoroti gaya hidup para petinggi perusahaan yang dinilai jauh dari semangat pengabdian kepada negara.
Amien Rais menilai bahwa budaya konsumtif dan aji mumpungisme di kalangan pejabat BUMN menjadi salah satu faktor yang memperparah masalah korupsi di sektor migas.
“Ciri khas para petinggi Pertamina adalah kesombongan. Mereka hidup serba mewah dan membelanjakan uang Pertamina seperti kere nemoni malam (dalam bahasa Jawa, artinya seperti orang miskin yang tiba-tiba kaya dan bertindak sesuka hati),” bebernya.
Ia mengingatkan bahwa kondisi ini tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas, terutama dalam hal stabilitas harga bahan bakar.
Amien Rais menegaskan bahwa korupsi yang sudah mengakar harus diberantas hingga ke akarnya agar tidak terus berulang.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok