Repelita Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) kembali mengungkap sejumlah tindak kekerasan yang dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di masa lalu.
Sejumlah peristiwa yang masuk dalam kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat hingga kini belum diusut tuntas, dengan dugaan pelaku berasal dari kalangan militer.
“Kejahatan kemanusiaan dari Negara lewat militer terhadap rakyat belum diusut tuntas,” tulis KontraS dalam akun X resminya, Kamis.
Salah satu peristiwa yang disoroti adalah tragedi 1965, di mana sekitar 3 juta orang dibunuh. Kemudian, kasus penembakan misterius yang disebut memakan ribuan korban, peristiwa Tanjung Priok dengan 79 korban jiwa, serta tragedi Talangsari yang menewaskan 246 orang.
KontraS juga menyoroti kasus pembunuhan dan pemerkosaan yang terjadi pada tahun 1998. Lalu, dalam peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II, tercatat ada 33 orang tewas. Selain itu, puluhan ribu korban jatuh dalam operasi militer di Aceh, ribuan orang terbunuh di Papua, serta di Timor Leste.
Organisasi tersebut turut mengkritik peran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dinilai tidak berpihak pada rakyat. Menurut KontraS, para wakil rakyat justru berpotensi membiarkan kekerasan oleh militer terjadi kembali di masa depan.
“@DPR_RI yang dimandatkan menjadi wakil rakyat bukannya melindungi malah kembali terlibat dalam potensi kekerasan TNI di masa depan sebab perluasan kewenangan TNI,” tulis KontraS. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok