Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Kantor Tempo Terima Paket Mencurigakan Berisi Kepala Babi, Anita Wahid Ingatkan Teror Era Orde Baru

Top Post Ad

Teror Kepala Babi ke Redaksi Tempo, Ini Cerita Kengerian dan Pengalaman Putri Gus Dur - KABARBAIK.CO

Repelita Jakarta - Kantor redaksi Tempo menerima paket mencurigakan berisi kepala babi pada Rabu, 19 Maret 2025. Paket tersebut ditujukan kepada jurnalis kanal politik sekaligus host Bocor Alus Politik Tempo, Francisca Christy Rosana atau yang akrab disapa Cica.

Kejadian ini langsung menyita perhatian publik, termasuk Anita Hayatunnufus Wahid atau Anita Wahid, putri dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Melalui akun Instagram pribadinya, Anita mengenang kembali pengalaman keluarganya yang pernah mengalami teror serupa di era Orde Baru.

Dalam sebuah video yang dibagikan ulang oleh akun X @GUSDURians, Anita menceritakan bahwa teror seperti ini bukanlah hal baru. Saat dirinya masih duduk di bangku SMP, keluarganya kerap menerima ancaman melalui telepon rumah.

“Dulu, setiap sore sekitar pukul 16.00 atau 16.30, ada telepon masuk ke rumah. Biasanya, saya yang mengangkat karena sedang berada di rumah. Kadang adik saya, Inayah, yang masih SD waktu itu juga ikut menerima telepon tersebut,” ungkapnya.

Penelepon tersebut selalu berbicara dengan nada keras dan intimidatif. Mereka mendesak agar Gus Dur berhenti berbicara di ruang publik. Jika tidak, mereka mengancam akan mengirimkan kepala Gus Dur yang telah dipenggal.

“Begitu saya angkat dan bilang ‘halo’, suara di seberang langsung marah dan mengancam, ‘Bilang ke bapak kamu, suruh dia diam! Kalau tidak, kami akan kirimkan kado besar berisi kepala bapakmu!’ Setelah itu, mereka tertawa dan menutup telepon,” kenangnya.

Menurut Anita, meskipun ada perbedaan antara kasus yang dialaminya dan yang menimpa Tempo, pola ancamannya tetap sama. Bedanya, jika dulu ancaman hanya berupa suara di telepon, kini wujudnya lebih nyata dengan pengiriman kepala babi secara langsung.

“Kalau dulu saya hanya mendengar suara tanpa melihat bentuk ancaman secara fisik. Sementara dalam kasus Tempo, ancamannya lebih jelas karena berbentuk kepala babi yang sangat visual,” jelasnya.

Anita menyoroti target ancaman tersebut. Dalam kasus keluarga Gus Dur, yang menjadi penerima ancaman adalah anak-anak yang masih di bawah umur. Sementara dalam kasus Tempo, targetnya adalah seorang jurnalis perempuan, yakni Cica.

“Kenapa yang dipilih adalah perempuan? Mengapa dalam kasus saya, yang menerima ancaman adalah anak-anak, dan dalam kasus Tempo, seorang perempuan jurnalis? Ini patut kita renungkan,” tambahnya.

Terlepas dari bentuknya, Anita menegaskan bahwa inti dari ancaman ini tetap sama, yaitu membungkam kritik. “Pesannya jelas: ‘Berhenti bicara atau ada konsekuensi besar yang akan kamu tanggung.’ Konsekuensi ini bisa berupa apa saja, bahkan nyawa sekalipun,” tegasnya.

Namun, Anita menolak tunduk pada teror semacam ini. Ia menegaskan bahwa justru dalam situasi seperti ini, suara kritis tidak boleh dipadamkan. “Gus Dur selalu mengajarkan kepada kami bahwa jika ada yang berusaha membungkam, maka kita harus semakin lantang berbicara,” ujarnya.

Anita juga menyoroti fenomena sosial dan politik saat ini yang mengingatkannya pada masa Orde Baru. Menurutnya, metode teror dan intimidasi yang terjadi saat ini memiliki kemiripan dengan yang terjadi di era tersebut.

“Bagi kalian yang masih mengatakan bahwa Indonesia tidak akan kembali ke Orde Baru, coba pikirkan lagi. Ancaman seperti ini nyata, dan bentuknya bisa bermacam-macam,” katanya.

Ia pun mengajak masyarakat untuk lebih waspada dan tidak tinggal diam ketika kebebasan berbicara mulai terancam. “Jadi, apakah kita benar-benar tidak akan kembali ke masa lalu? Really? Please deh,” pungkasnya.(*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Below Post Ad


Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved