Repelita Serang - Kunjungan Wakil Presiden Gibran Rakabuming ke Universitas Syeikh Nawawi Al-Bantani di Serang, Banten, menuai kritik tajam dari pakar telematika Roy Suryo. Pasalnya, Gibran datang ke kampus yang masih dalam tahap pembangunan dan hanya bertemu dengan para pekerja bangunan, tanpa berdialog dengan mahasiswa.
“Ini kan sebenarnya useless (nggak berguna) juga kunjungannya gitu, karena kunjungan ini sudah pernah dilakukan oleh wapres terdahulu (K.H Ma’ruf Amin), saat meresmikan kampus ini yang ada di Banten,” ucap Roy Suryo. Ia menilai kunjungan Gibran seharusnya tidak sekadar meninjau atau meresmikan, tetapi juga melibatkan dialog dengan mahasiswa. “Tapi dia datang hanya lihat-lihat gedung, atau mungkin sama dialog sama tukang batu,” lanjutnya.
Roy Suryo juga mengkritisi langkah-langkah kerja Gibran yang dinilainya tidak mendidik dengan baik. Ia menyoroti pembagian susu impor oleh Gibran, yang kandungan lemaknya dinilai terlalu tinggi untuk perbaikan gizi anak-anak. “Yang kedua dia juga sering kunjungan untuk melakukan razia potong rambut, tapi kan itu kerjaan guru BK,” ungkap Roy.
Kritik lainnya adalah pembagian skincare kepada anak sekolah oleh Gibran. Roy menilai alasan Gibran bahwa kulit halus akan membuat belajar lebih lancar sebagai tidak masuk akal. “Ketika dia ditanya, dia jawabannya ‘ya kalau anak-anak itu mukanya halus, itu kan belajarnya bisa lebih lancar’, sangat tidak masuk akal (jawabannya),” tuturnya.
Roy Suryo menegaskan bahwa anak-anak dalam masa pertumbuhan seharusnya tidak diberikan skincare karena jerawat adalah hal alami. “Itu kan malah mendidik yang kurang bagus gitu loh, dia tidak menghargai natural yang ada diberikan oleh Allah SWT, pasti ada, ganti kulit itu pasti ada,” tukasnya.
Roy Suryo meyakini bahwa Gibran adalah sosok yang “fufufafa” alias “fura fura tidak tahu afa afa” yang kosong pikirannya. Ia menilai Gibran tidak memiliki kemampuan atau kapasitas untuk menjadi wakil presiden. Roy juga menyoroti penampilan Gibran saat mengisi materi retret kepala daerah di Akademi Militer (Akmil), Magelang, Jawa Tengah. “Itu kan videonya sempat muncul, saya pikir videonya itu kan kita setidaknya bisa mendengar kan apa yang disampaikan, tapi coba kita perhatikan di video itu dia hanya kelihatannya membolak-balik kertas saja gitu kemudian ngomong yang sama sekali tidak kedengaran,” imbuh Roy.
Roy Suryo menilai pidato Gibran di berbagai kesempatan sebagai hal yang aneh dan tidak nyambung. Ia bahkan mengklaim bahwa Gibran telah membodohi masyarakat dengan perilaku serta tindakannya. “Jadi artinya waktu itu bahkan saya mengkritik sangat keras kan itu, bahwa kita tuh dibodohkan sampai dengan sekitar 100 tahun yang lalu,” tegasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok