Repelita Jakarta - Eks anggota tim Anti Mafia Minyak dan Gas (Migas), Fahmy Radhi, mengungkap kesulitan penanganan mafia, terutama dalam kasus Petral.
Perusahaan plat merah itu diketahui dibubarkan karena terindikasi jadi sarang mafia. Namun, hingga hari ini, pelakunya dianggap masih eksis.
“Pada saat penanganan Petral, waktu itu saya sebagai salah satu anggota tim anti mafia Migas,” kata Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu di sebuah program televisi swasta, dikutip Sabtu (15/3/2025).
Ketua tim itu, kata Fahmy, adalah Faisal Basri, ekonom kawakan yang kini telah meninggal dunia.
“Ketuanya Faisal Basri,” ucapnya.
Saat itu, ada hasil audit forensik yang dilakukan perusahaan Australia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kala itu, Sudirman Said, sudah ingin membawanya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Ada hasil audit forensik dari perusahaan di Australia. Nah, kemudian pada saat itu, menterinya Sudirman Said akan membawa hasil forensik tadi ke KPK,” tuturnya.
Namun, saat ingin dibawa, Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) mencegahnya. Sejak saat itu, kasus tersebut berhenti.
“Tetapi menurut Sudirman Said, ini valid. Jokowi mencegahnya. Nah, sejak dicegah itu, berhentilah kasus di Petral dan tidak ada satu pun yang ditersangkakan,” terangnya.
Sementara itu, Sudirman Said dalam program televisi swasta yang berbeda mengatakan pemberantasan mafia Migas hanya butuh kelurusan.
“Bukan soal teknis, tapi kelurusan kepentingan negara. Kelurusan,” terangnya.
Pemberantasan tersebut, kata dia, sudah pernah diupayakan. Namun, hanya berhenti di lingkaran istana.
“Makanya waktu itu saya katakan kepada Pak Jokowi, Pak, nanti kalau kita kerjakan seperti yang bapak sampaikan tadi. Kita berhenti di sini. Di sini mana? Di sini. Di istana,” pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok