Repelita Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen. Keputusan ini menuai sorotan dari berbagai pihak, termasuk mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu.
Said Didu menanggapi peristiwa tersebut dengan menyebut kondisi Indonesia sedang gelap.
“#indonesiagelap. SOS,” tulis Said Didu dalam unggahannya di X.
Ia menilai kebijakan trading halt tersebut terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin tinggi. “Saat ini Bursa Efek Jakarta disuspend (penghentian penjualan saham) karena indeks harga saham gabungan turun lebih 5 persen, sementara harga saham negara lain naik,” ujarnya.
Trading halt diberlakukan untuk mencegah kepanikan di pasar serta memberikan waktu bagi investor untuk menilai situasi dengan lebih rasional. Mekanisme ini diterapkan di berbagai bursa saham dunia, termasuk Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan.
Dalam sistem perdagangan di Indonesia, perdagangan saham akan dihentikan sementara jika IHSG turun lebih dari 5 persen dalam satu sesi. Jika setelah dibuka kembali IHSG masih turun lebih dari 10 persen, maka perdagangan dihentikan kembali selama 30 menit. Jika penurunan berlanjut hingga lebih dari 15 persen, perdagangan dapat dihentikan hingga akhir sesi atau bahkan diperpanjang ke hari berikutnya dengan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Kejadian terbaru ini mengingatkan publik pada situasi serupa pada Maret 2020, ketika pandemi COVID-19 mengguncang pasar keuangan global dan menyebabkan BEI beberapa kali menghentikan perdagangan dalam satu bulan.(*).
Editor: 91224 R-ID Elok