Repelita Jakarta - Eks Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sempat lantang menyebut dirinya memiliki data yang bisa menjerat banyak pihak dalam kasus dugaan korupsi minyak mentah Pertamina. Namun, setelah diperiksa selama delapan jam oleh Kejaksaan Agung (Kejagung), Ahok mengaku terkejut karena data yang dimiliki oleh penyidik jauh lebih lengkap dibandingkan dengan yang ia ketahui.
"Jadi ternyata, dari Kejaksaan Agung, mereka punya data yang lebih banyak daripada yang saya tahu. Ibaratnya saya tahu cuma sekaki, mereka tahu sudah sekepala. Saya juga kaget-kaget gitu loh, kok gila juga ya, saya bilang gitu ya, saya kok nggak tahu itu. Ini wajar kita nggak tahu, karena kita di atas kan ya," ujar Ahok kepada wartawan di Kejaksaan Agung, Jakarta.
Dalam pemeriksaan tersebut, Ahok dimintai keterangan sebagai saksi terhadap sembilan tersangka. Ia dicecar sekitar 20 pertanyaan dari pukul 10.00 hingga 18.30 WIB.
"Bukan alot, saya jadi saksi untuk sembilan orang. Itu kan diulang banyak kenal, itu sembilan orang gitu kan terus baca lagi, rangkap dua, kamu kalau sembilan kali dua, udah 18, masing-masing tujuh halaman, ya itu saja sih ya," kata Ahok.
Ahok mengaku tidak bisa memberikan banyak data lantaran sudah tidak menjabat di Pertamina. Namun, ia menyerahkan catatan agenda rapat selama menjabat di perusahaan minyak dan gas tersebut.
"Saya hanya bisa ingatkan rapat ini tanggal berapa, saya punya agenda catatan. Kalau Bapak ingin periksa ini, ya Bapak periksa saja rapat tanggal berapa, hari apa, tentang apa. Jadi enggak mungkin di semua, kan bingung ya kita diperiksa," tutur Ahok.
Sebelumnya, dalam sebuah wawancara siniar, Ahok sempat mengklaim memiliki bukti kuat berupa notulensi hingga rekaman rapat selama menjabat di Pertamina.
"Saya boleh keluar dari sini (Pertamina), tapi catatan saya punya. Kalau rezim betul-betul mau membereskan negeri ini dari korupsi di migas dan Pertamina, saya berani jamin dengan data ini saya penjarakan kalian semua!" ujar Ahok saat itu.
Ahok menilai bahwa kasus yang menjerat sejumlah petinggi subholding Pertamina saat ini merupakan kasus lama. Namun, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak karena posisinya hanya sebagai komisaris, bukan direktur utama.
"Ini ada tangan yang berkuasa ikut main kalau menurut saya di republik ini," ucap Ahok. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok