Repelita Jakarta - Kunjungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia telah berakhir, namun masih ada sisi menarik dari pertemuan tersebut. Salah satunya adalah kehadiran seorang perempuan yang selalu berada di dekat Erdogan dan Presiden Prabowo Subianto.
Perempuan itu adalah Dr. Fatima Gulhan Abushanab, penerjemah resmi Erdogan. Fatima mulai tampak saat Erdogan dan istrinya, Emine, tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada Selasa sore. Ia mengenakan jas warna biru tua dan selalu berada di lingkaran Erdogan serta Emine.
Pada Rabu siang, saat Erdogan menghadiri upacara penyambutan kenegaraan dan pertemuan bilateral di Istana Bogor, kehadiran Fatima kembali mencuri perhatian. Kali ini, ia mengenakan jas biru muda, membawa tas, serta menggantungkan tanda pengenal di dada kirinya.
Ketika Prabowo memberikan cenderamata kepada Erdogan, Fatima menerjemahkan pernyataan Prabowo dalam bahasa Inggris kepada Erdogan, serta menyampaikan pertanyaan yang diajukan Erdogan kepada Prabowo.
Sebelum ke Indonesia, Fatima juga bertugas sebagai penerjemah Erdogan dalam kunjungannya ke Malaysia pada 10-11 Februari 2025.
Fatima memiliki latar belakang akademik yang kuat. Ia meraih gelar sarjana dari jurusan hubungan internasional di Universitas George Mason, Virginia, dan gelar master dari Program Studi Liberal di Universitas Georgetown, Washington, D.C. Selama di Amerika Serikat, ia pernah bekerja sebagai peneliti.
Gelar doktornya diraih dari Universitas Ankara. Saat ini, ia merupakan bagian dari tim pakar hubungan internasional di Istana Kepresidenan Turki, tempat Erdogan berkantor.
Fatima memiliki darah Palestina dari ayahnya, Ali Ahmad Ghulam Abushanab, yang memegang paspor Yordania-AS. Sementara ibunya, Prof. Dr. Merve Safa Kavakci, pernah menjabat sebagai Duta Besar Turki untuk Malaysia pada 2017-2022.
Ibu Fatima, Merve, merupakan tokoh terkemuka di Turki. Ia menjadi perempuan pertama yang mengenakan hijab saat terpilih sebagai anggota parlemen Turki pada Pemilu 1999. Namun, karena hijabnya, ia diusir dari parlemen dan bahkan kehilangan kewarganegaraan Turki.
Setelah diusir, Merve pindah ke AS untuk menyelesaikan studinya di Harvard dan mengajar di sana. Hingga akhirnya, pada 2017, Erdogan menunjuknya sebagai Duta Besar Turki untuk Malaysia.
Di sisi lain, kakek Fatima, Imam Yusuf, dikenal sebagai tokoh agama di komunitas Islam di Richardson, Dallas, AS. Ia berimigrasi ke Amerika setelah putrinya, Merve, dilarang masuk sekolah karena mengenakan hijab. Yusuf memiliki hubungan yang erat dengan komunitas Palestina di kota tersebut. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok