Repelita Jakarta - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu, memberikan peringatan keras terkait keberlanjutan Danantara, perusahaan induk yang menaungi sejumlah BUMN.
"Danantara harus sangat hati-hati," ujar Said Didu melalui akun X @msaid_didu.
Ia menegaskan bahwa jika Danantara gagal mendapatkan kepercayaan publik dan investor, dampaknya bisa sangat serius bagi perekonomian Indonesia.
"Jika gagal dapatkan kepercayaan publik dan investor maka seluruh BUMN akan tamat dan ekonomi Indonesia akan ambruk," tukasnya.
Lebih lanjut, Said Didu mengingatkan bahwa kegagalan Danantara bukan hanya berdampak pada BUMN semata, tetapi juga bisa memicu krisis yang tidak terkendali.
"Bahkan bisa terjadi sesuatu yang tidak terkendali. Mari semua waspada," tandasnya.
Pemerintah sebelumnya resmi mengumumkan struktur organisasi Danantara, lembaga pengelola dana investasi negara yang bertujuan memperkuat ekonomi nasional. Susunan kepemimpinan Danantara diisi oleh sejumlah tokoh berpengaruh di Indonesia, termasuk para pejabat pemerintahan dan profesional di bidang ekonomi serta investasi.
Sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto secara langsung berada di posisi tertinggi dalam struktur organisasi Danantara Indonesia. Lembaga ini diharapkan menjadi pilar strategis dalam pengelolaan investasi nasional dan penguatan kedaulatan ekonomi Indonesia.
Dewan Pengawas Danantara diketuai oleh Menteri BUMN Erick Thohir, dengan Muliaman Hadad sebagai Wakil Ketua dan Sri Mulyani sebagai anggota. Selain itu, dua mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi, juga masuk dalam jajaran Dewan Penasihat Danantara.
Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, Danantara diawasi oleh beberapa lembaga pengawas negara, di antaranya BPK, BPKP, KPK, Kejaksaan Agung, hingga PPATK.
Di jajaran direksi, sejumlah figur profesional ditunjuk untuk menjalankan operasional Danantara. Rosan Roeslani menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO), Dony Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO), dan Pandu Sjahrir sebagai Chief Investment Officer (CIO).
Keberadaan Pandu Sjahrir dalam direksi Danantara sempat menuai perbincangan, mengingat ia merupakan keponakan dari Luhut Binsar Pandjaitan, salah satu tokoh berpengaruh di pemerintahan. Namun, pemerintah menegaskan bahwa penunjukan direksi telah melalui proses seleksi dengan mempertimbangkan kompetensi dan pengalaman di bidang investasi.
Meski demikian, peringatan Said Didu mencerminkan kekhawatiran terhadap masa depan Danantara dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok