Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Korupsi Pertamax Oplosan Nyaris Rp1.000 Triliun, Dolar AS Libas Rupiah di 16.400

Top Post Ad

 

Repelita Jakarta - Sesi perdagangan suram kembali terjadi pada hari keempat pekan ini, Kamis 27 Februari 2025. Di tengah minimnya sentimen regional, pelaku pasar dikejutkan dengan kabar terkini kebijakan Presiden AS Donald Trump yang bersiap mengenakan tarif masuk sebesar 25 persen atas produk asal blok Uni Eropa.

Negara-negara Uni Eropa yang sejauh ini menjadi mitra dagang terbesar AS, diperkirakan akan terdampak serius oleh kebijakan tarif tersebut, memicu gejolak yang mengganggu stabilitas pasar. Tekanan jual pun mendera pasar, menjungkirbalikkan mata uang utama dunia dan mengangkat kembali posisi Indeks Dolar AS. Akibatnya, pasar uang Asia dengan mudah terimbas.

Seluruh mata uang Asia terlihat melemah, meski dalam rentang terbatas. Kinerja mata uang Asia secara konsisten melemah sepanjang sesi, menunjukkan kesulitan investor untuk menemukan sentimen positif.

Hingga sesi perdagangan sore ini, seluruh mata uang Asia tercatat berada di zona merah, dengan pelemahan tertajam terjadi pada Baht Thailand yang sempat terpuruk hingga kisaran 0,9 persen. Kinerja mata uang negara tersebut telah tertekan secara konsisten dalam beberapa bulan terakhir.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah juga terus melemah dan tak mampu mencatatkan penguatan sepanjang sesi perdagangan. Rupiah tercatat bertengger di kisaran Rp16.445 per Dolar AS atau merosot 0,49 persen. Bahkan, sempat tercatat pada titik terendahnya di Rp16.449 per Dolar AS. Pelaku pasar kesulitan mendapatkan sentimen domestik untuk menahan kemerosotan Rupiah.

Sentimen domestik yang semakin memperburuk situasi datang dari kasus megakorupsi Pertamax oplosan di Pertamina. Skandal korupsi yang sedang ditangani Kejaksaan Agung (Kejagung) ini diperkirakan merugikan keuangan negara hampir mencapai Rp1.000 triliun. Besaran korupsi ini jauh melampaui laba bersih Pertamina pada tahun 2023 yang hanya tercatat sebesar Rp72 triliun.

Nilai korupsi tersebut bahkan hampir setara dengan sepertiga APBN 2024 yang sebesar Rp3.325 triliun. Megakorupsi ini menjadi tantangan berat bagi langkah Presiden Prabowo yang baru saja meluncurkan Danantara, yang juga melibatkan Pertamina di dalamnya.

Rangkaian situasi dan sentimen yang ada seakan memperburuk kondisi Rupiah, yang tak mampu mengikis pelemahan meski ada upaya untuk menahan gejolak. Pelaku pasar kini berharap rilis data inflasi bulanan dan indeks aktivitas manufaktur pada pekan depan dapat membantu meredam laju Dolar AS yang masih bergejolak. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Below Post Ad


Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved