Repelita Bandung - Kasus PIK-2 yang masih menjadi perhatian publik terkait dengan pagar laut semakin rumit. Aguan, yang diketahui memiliki keterlibatan dalam proyek tersebut, kini terjebak dalam masalah besar. Sebelumnya, Aguan berhasil lolos dari kejaran hukum atas kasus suap yang melibatkan anggota DPRD DKI Jakarta saat pembahasan Raperda Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Kepercayaan dirinya semakin meningkat, namun kini ia terperangkap dalam ombak besar yang mengancam posisinya.
M Rizal Fadillah, seorang pemerhati politik dan kebangsaan, menulis tentang situasi yang kini menimpa Aguan dalam analisis berjudul "Waspadai Operasi Penyelamatan Aguan (OPA)". Fadillah menilai bahwa Aguan berada dalam posisi terjepit setelah kasus pagar laut di PIK-2 menjadi sorotan publik. Fadillah menegaskan bahwa meskipun Aguan sudah berhasil menghindari jerat hukum sebelumnya, ia kini menghadapi tekanan besar dari masyarakat dan negara.
Dalam artikelnya, Fadillah mengungkapkan bahwa ada keterkaitan antara Aguan dan pagar laut PIK-2. Meskipun beberapa pihak, seperti Aidid dan rekan-rekannya, mencoba membantah keterlibatan Aguan, Fadillah menilai bahwa fakta dan saksi mata semakin membuktikan keterlibatannya. Aguan kini terjebak, terancam oleh pengejaran yang datang dari berbagai pihak, dan bahkan simbol kekuatan yang ia miliki, yaitu 'Kepala Naga', terancam terpenggal.
Fadillah kemudian menyoroti langkah yang diambil oleh pemerintah untuk menyelamatkan Aguan melalui apa yang disebutnya sebagai "Operasi Penyelamatan Aguan (OPA)". Fadillah menyebutkan bahwa Presiden Jokowi, yang sebelumnya menjadi penjamin dan penanggung jawab Aguan, kini sudah kehilangan kekuatan untuk melindunginya. Kini, perhatian beralih kepada Prabowo yang mungkin akan memanfaatkan situasi ini untuk mengubah arah.
Dalam artikel tersebut, Fadillah menjelaskan bahwa skenario penyelamatan Aguan dimulai dengan perintah pembongkaran pagar laut yang sudah terlanjur diketahui publik. Pembongkaran ini, meskipun menuai kritik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), akhirnya dilakukan bersama setelah Prabowo memanggil pihak terkait. Fadillah menilai bahwa pembongkaran ini adalah taktik untuk mengalihkan perhatian publik dan menghilangkan jejak-jejak yang mengarah pada Aguan.
Meski pembongkaran berhasil menenangkan sebagian besar masyarakat, Fadillah menegaskan bahwa "perang" belum berakhir. Pembangunan PIK-2 dan status PSN yang melekat pada proyek ini tetap menjadi sorotan. Rakyat menuntut agar para pelaku yang terlibat dalam pembuatan pagar laut ini diusut, termasuk Aguan yang harus dimintai keterangan dan diproses hukum.
Fadillah mengingatkan bahwa tanpa proses hukum yang transparan dan menyeluruh, Aguan berpotensi lolos dan melanjutkan aksinya. Ia menilai bahwa rakyat harus terus waspada terhadap upaya penyelamatan yang mungkin dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang memiliki kepentingan pribadi. Proses hukum harus berjalan dengan tegas agar Aguan tidak dapat melarikan diri dan melampaui batas hukum.
Fadillah juga menegaskan bahwa Aguan bukan hanya aktor tanpa pengaruh, tetapi ia memiliki kekuasaan dan kekayaan yang dapat mempengaruhi hukum. Dengan kekuatan tersebut, Aguan dapat memanipulasi banyak pihak, termasuk aparat penegak hukum dan pejabat negara. Oleh karena itu, semua pihak harus tetap waspada dan mengawasi agar tidak ada pihak yang terlibat dalam pembongkaran pagar laut untuk menyelamatkan Aguan.
Pada akhirnya, Fadillah menyarankan agar langkah-langkah tegas segera diambil untuk membongkar kolusi dan korupsi yang merusak negara. Proses evaluasi menyeluruh terhadap proyek PIK-2 yang kini menjadi PSN harus segera dilakukan, dengan tujuan membasmi segala praktik yang merugikan rakyat.
Waspadai Operasi Penyelamatan Aguan (OPA). Tenggelamkan Aguan dan bongkar kolusi serta korupsi yang merusak bangsa. Proyek PIK-2 harus dievaluasi dan dibenahi, agar tidak ada lagi pihak yang dapat merusak masa depan negara demi kepentingan pribadi. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok