Repelita Jakarta - Dalam rapat yang digelar di DPR, terungkap fakta mengejutkan mengenai para Direktur Utama (Dirut) perusahaan tambang di Indonesia.
Banyak dari mereka yang hampir tidak bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Kejadian ini memicu berbagai reaksi dari netizen, yang menilai bahwa kondisi ini menunjukkan adanya ketergantungan perusahaan asing yang menguasai sumber daya alam Indonesia, namun tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan bangsa.
Beberapa pengguna media sosial menyuarakan pendapat mereka tentang situasi ini, seperti akun @MurtadhaOne1 yang menyatakan, "Negara asing pengeruk sumber daya alam makmur kaya dari Indonesia tapi Indonesia hancur, diadu domba, setelah habis dikeruk mereka menguasai lahan membangun perumahan dan laut."
Komentar ini menggambarkan kekecewaan terhadap kondisi ketimpangan yang terjadi di tanah air, di mana sumber daya alam melimpah, namun rakyatnya tidak merasakan manfaat yang seimbang.
Dalam rapat tersebut, terpantau bahwa sebagian besar Dirut perusahaan tambang yang hadir adalah orang asing atau memiliki latar belakang yang lebih mengutamakan kepentingan bisnis mereka ketimbang kepentingan nasional Indonesia.
Banyak dari mereka yang tampak tidak fasih berbahasa Indonesia, hal ini semakin memperlihatkan ketidakharmonisan antara perusahaan-perusahaan yang mengelola sumber daya alam Indonesia dengan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Netizen pun melontarkan sindiran tajam terkait kondisi tersebut, mempertanyakan sejauh mana perusahaan-perusahaan ini berkomitmen untuk membangun bangsa Indonesia dengan memberikan peluang kepada tenaga kerja lokal dan menghargai budaya serta bahasa Indonesia.
Beberapa komentar yang beredar di media sosial menyebutkan bahwa, "Hampir gak ada yang bisa bahasa Indonesia," yang semakin memperburuk citra perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam eksploitasi sumber daya alam di Indonesia.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok