Repelita Jakarta - Pembredelan lukisan Yos Suprapto kembali menjadi sorotan publik, dengan beberapa netizen mengungkapkan bahwa peristiwa tersebut merupakan strategi marketing untuk meningkatkan harga lukisan dan popularitas sang seniman.
Hal serupa sebelumnya juga terjadi saat Yos menggelar pameran di Australia, di mana lukisannya yang dianggap terlalu erotika mendapat penolakan. Kejadian tersebut justru membuat nama Yos semakin dikenal, dan melalui berbagai pemberitaan, harga lukisannya pun melambung. Dalam wawancara daring dengan Dahlan Iskan, Yos mengakui bahwa pembredelan pertama tersebut membuatnya kaya dan lukisannya laku terjual, bahkan dia berhasil membeli tanah dan rumah di Australia dari hasil penjualan tersebut.
Komentar dari netizen pun bermunculan, seperti yang diungkapkan Rudi Valinka dengan akun @kurawa, yang menyatakan bahwa strategi serupa diterapkan oleh Yos pada pameran terbarunya di Galeri Nasional. "Strategi marketing yang jitu, ya, lukisan laku, nama juga melambung," tulisnya.
Rencananya, pameran tunggal Yos Sudarso di Galeri Nasional yang awalnya dijadwalkan pada 18 Januari 2024, diundur menjadi Maret 2024. Namun, Yos mengajukan perubahan dan meminta pameran dilaksanakan pada akhir tahun 2024, yang akhirnya disepakati dari 3 Desember 2024 hingga 3 Januari 2025. Hingga saat ini, tujuh lukisan yang akan dipamerkan sudah terjual.
Terkait hal ini, Mayek Prayitno, seorang artis kurator yang juga alumnus ISI Yogyakarta, menyampaikan bahwa masuknya nama Yos Sudarso dalam jadwal pameran di Galeri Nasional bukanlah agenda yang telah disepakati sebelumnya. Menurut Mayek, kabar ini beredar di komunitas seniman Yogyakarta dan nama Yos menjadi bahan pembicaraan sejak munculnya permasalahan tersebut. Mayek juga menambahkan bahwa meskipun Yos pernah menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional pada 2017, namun kali ini situasinya berbeda.
Kurator Suwarno Wisetrotomo, yang ditunjuk untuk pameran tersebut, menyatakan bahwa dua lukisan dari Yos tidak sesuai dengan tema yang telah disepakati, yakni ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’. Suwarno menilai jika kedua lukisan tersebut dipajang, maka akan merusak tema utama. “Ada dua lukisan yang saat saya lihat, kok ini nggak sesuai dan nggak cocok dengan tema,” terang Suwarno dalam podcast PutCast Mojokdotco.
Namun, Yos tetap mempertahankan pendapatnya bahwa lukisan tersebut relevan dengan tema yang diusung. Suwarno mengungkapkan bahwa ia akhirnya memilih mundur sebagai kurator, bukan karena takut, tetapi karena sudah tidak ada titik temu dengan Yos.
Mayek Prayitno menyayangkan tindakan Yos yang tidak mengindahkan kesepakatan dengan kurator. Menurut Mayek, kurator dan seniman merupakan tim yang bekerja bersama untuk menyukseskan sebuah pameran, dan tugas kurator adalah memastikan karya yang dipamerkan sesuai dengan tema yang telah disepakati.
Meskipun strategi ini membuat nama Yos semakin dikenal, Mayek menekankan bahwa berkesenian seharusnya dijalani dengan proses dan bukan sekadar mencari jalan pintas demi materi. Ia mengingatkan bahwa nilai sebuah karya seni terletak pada proses dan perjalanan yang dilalui oleh sang seniman.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok