Repelita, Jakarta - Shin Tae-yong resmi mengakhiri masa jabatannya sebagai pelatih Timnas Indonesia setelah Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengumumkan pemutusan kerja sama pada Senin, (6/1). Keputusan ini menjadi puncak dari serangkaian dinamika di ruang ganti dan evaluasi kinerja yang berlangsung sejak beberapa bulan terakhir.
Isu internal mulai mencuat setelah hasil mengecewakan di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Timnas Indonesia hanya mampu bermain imbang melawan Bahrain (2-2), kalah dari China (2-1), dan mengalami kekalahan telak dari Jepang (4-0). Hasil ini memunculkan keraguan terhadap efektivitas taktik dan strategi Shin Tae-yong.
Laporan menyebutkan bahwa setelah kekalahan dari China dan Jepang pada November 2024, para pemain Timnas mengadakan pertemuan tertutup tanpa kehadiran Shin Tae-yong. Dalam pertemuan tersebut, para pemain saling mengevaluasi, bertukar ide, dan berusaha memperkuat chemistry tim.
Perselisihan antara Shin dan sejumlah pemain dikabarkan semakin intens. Salah satunya terjadi setelah pertandingan melawan China di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, di mana Thom Haye dihukum dicadangkan karena protes terhadap taktik Shin.
Hasil imbang melawan Bahrain semakin memperburuk hubungan Shin dengan sejumlah pemain diaspora. Komunikasi satu arah yang diterapkan Shin, karena keterbatasan bahasa, menjadi penyebab utama ketegangan ini. Pemain tidak bisa berdiskusi secara langsung, terutama mengenai masalah taktik, dengan pelatih asal Korea Selatan itu.
Padahal, Shin sudah diberi tambahan sejumlah pemain berkualitas untuk menjalani kualifikasi, seperti Mees Hilgers, Eliano Rejnders, dan Kevin Diks. Namun, para pemain ini kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan gaya bermain Shin yang mengutamakan ketahanan fisik khas Korea Selatan.
Penilaian terhadap Shin semakin memanas setelah penampilan buruk di Piala ASEAN 2024. Indonesia hanya sekali menang menghadapi Myanmar, kemudian ditahan imbang Laos dan tumbang dari Filipina di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah.
Selain itu, meski dikenal sebagai pelatih yang meningkatkan fisik dan mental pemain, Shin dianggap kurang memberikan sistem permainan yang jelas. Gaya permainan Timnas dinilai tidak konsisten dan jauh dari filosofi sepak bola menyerang yang diterapkan oleh pelatih-pelatih top Eropa.
Idzes, kapten Timnas Indonesia, mengungkapkan perbedaan antara fasilitas modern yang diberikan PSSI dan pendekatan taktik Shin yang sering tidak sesuai dengan harapan pemain.
Di tengah dinamika ini, publik memberi dukungan dengan tagar #STYSTAY, mengingat sejumlah pencapaian Shin, seperti runner-up Piala AFF 2020, medali perunggu SEA Games 2021, dan lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Namun, dukungan ini tidak cukup untuk mengubah keputusan PSSI.
Pada 6 Januari 2025, Erick Thohir resmi mengumumkan pemutusan kontrak Shin Tae-yong meskipun kontraknya masih berlaku hingga 2027. Erick menyatakan bahwa keputusan ini diambil untuk memastikan adanya strategi dan komunikasi yang lebih baik di dalam tim.
Erick juga mengonfirmasi bahwa pelatih baru akan segera diumumkan pada 11 Januari 2025 dan akan didukung oleh asisten pelatih berkualitas untuk memastikan transisi yang mulus.
Shin Tae-yong meninggalkan warisan penting dalam transformasi sepak bola Indonesia, seperti peningkatan peringkat FIFA Timnas Indonesia dari posisi 179 ke 127, serta pondasi kuat untuk pengembangan pemain muda. Namun, ketegangan di ruang ganti, ketidakcocokan taktik, dan ekspektasi tinggi dari para pemain serta PSSI menjadi tantangan yang tidak mampu diatasi sepenuhnya oleh Shin.
Pemecatan Shin Tae-yong menandai babak baru bagi Timnas Indonesia, dengan fokus menuju Piala Dunia 2026. Publik kini menantikan langkah selanjutnya dari pelatih baru yang akan memimpin Timnas Garuda.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok