Repelita Jakarta - Ahli epidemiologi dan pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma, yang lebih dikenal sebagai Dokter Tifa, kembali mengkritik Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi, setelah laporan dari OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project) mencantumkan namanya dalam dugaan korupsi.
Tifa menyampaikan kritik pedas melalui akun X-nya @DokterTifa pada 4 Januari 2025. "Makhluk berkemeja putih bercelana hitam sudah tidak terlihat lagi keluyuran dan seliweran kemana-mana," ujar Tifa, mengindikasikan perubahan sikap Jokowi yang kini terkesan menghindari publik pasca laporan tersebut. "Cuma berani nongolin kepala di pintu pagar, sejak OCCRP. Aarrggh Indonesiaku dirusak kodok," tambahnya.
Setelah Jokowi dinobatkan oleh OCCRP sebagai salah satu pejabat paling korup di dunia, berbagai tokoh publik dan pendukungnya berlomba-lomba membela. Di antaranya, Arief Poyuono dari Gerindra, Irma Suryani dari NasDem, dan Muhammad Romahurmuziy dari PPP, yang angkat bicara membela Jokowi.
Ketua Biro Ideologi dan Kaderisasi DPW PSI Bali, Dedy Nur, juga ikut membela Jokowi. Dedy menilai tuduhan tersebut adalah bagian dari konsekuensi atas kecanggihan Jokowi dalam berpolitik. "Jokowi memang politisi canggih, itulah mengapa serangan roket jenis fitnah, hoax dan informasi palsu selalu datang silih berganti," ujar Dedy dalam keterangannya di aplikasi X @DedynurPalakka pada 2 Januari 2025.
Dedy juga mengatakan bahwa serangan yang datang bertubi-tubi merupakan efek samping dari kecanggihan Jokowi dalam berpolitik. "Ini terlepas dari sentimen suka atau tidak suka, karena fakta canggih itu tidak berpihak ia faktual," tambah Dedy. Ia menilai tuduhan tersebut sebagai tuduhan palsu yang sulit dibuktikan. "Ini namanya tuduhan palsu, karena uang itu ada dimana-mana, bukan hanya ada dalam angan-angan," ujar Dedy.
Dedy juga menyoroti bahwa banyak istilah negatif yang sudah terlanjur menempel pada Jokowi di mata publik. "Silakan saja buktikan bahwa tuduhan dari lembaga internasional itu benar, jika tidak pun artinya label, cap, dan beragam istilah yang dialamatkan ke Jokowi sudah terlanjur menempel dalam kesadaran banyak orang," tegas Dedy.
Namun, Dedy mengajak publik untuk mencermati reaksi Jokowi terhadap tudingan tersebut. "Tapi, yang penting kita baca adalah reaksi orang yang kena tuding, apakah dia panik atau malah terpantau bodo amat dengan semua tuduhan itu," pungkas Dedy.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok