Repelita Jakarta - Publik yang mengatasnamakan warga Nahdlatul Ulama (NU) mengaku merasa malu atas pernyataan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, terkait keinginannya untuk dilibatkan dalam proyek program makan gratis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Ketua PBNU menyatakan harapannya agar pemerintah memberikan ruang bagi PBNU untuk berkontribusi dalam program tersebut. Ia mengatakan, “Kalau kami nanti bisa dilibatkan dalam program makan siang bergizi itu, tentu kami ingin berkontribusi kalau memang ada ruang kontribusi di situ,” ujar Yahya dalam agenda ramah tamah dengan media di Gedung PBNU pada 3 Januari 2025.
Menurut Yahya, saat ini pemerintah telah menghubungi beberapa pesantren untuk dijadikan proyek percontohan program makan gratis, dan semua pelaksanaan program tersebut akan dilakukan dengan koordinasi PBNU.
Pernyataan tersebut langsung mendapat respon negatif dari sejumlah warga NU di media sosial. "Sebagai warga NU knp saya malu banget baca ini? Apa pendapat kalian ges?" tulis akun X @UmarHasibuan__ pada 6 Januari 2025.
Beberapa komentar lainnya juga muncul sebagai respons terhadap pernyataan tersebut. "Untungnya gw dah move ke @muhammadiyah sejak @nahdlatululama para ulamanya mendatangi umaro' sejak 10 th yl. Makin ke sini makin maruk jabatan.
Dikasih jabatan sekali, eh maling kuota haji. Udh dikasih tambang, eh maruk minta proyek makan gratis. Bahasa alusnya ikut kontribusi," ujar @Patient58958550.
"NU dulu sepertinya bukan NU sekarang. Sekarang semua mau dihajar. Ini kan aneh…?? Semua ingin terlibat…??" sebut @HeryIdris5.
"Sama, malu juga," ujar @sahman.
"Kemaruk…. sdh minta jatah tambang, sekarang minta proyek makan gratis pula… Kenapa gak seperti organisasi Agama sebelah yg bisa tumbuh tanpa mengemis ke pemerintah dan Rakyat??" tambah @loketpaytren2.
"Sama! Pengurus Besar tapi tidak mencerminkan identitas warganya," tambah @setwn9. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok