Repelita Jakarta - Hubungan antara Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP, dan Presiden Prabowo Subianto semakin menjadi sorotan publik. Politisi PSI, Ade Armando, memberikan pandangannya terkait isu ini, terutama mengenai kemungkinan dampaknya terhadap posisi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Ade menilai bahwa meskipun Megawati mendekati Prabowo, skenario penyingkiran Gibran dari posisi wakil presiden tidak realistis. "Megawati sedang mendekati Prabowo, dan sebagai kelanjutannya, Gibran akan disingkirkan sebagai wakil presiden. Formasinya bukan kubu Prabowo," ujar Ade dalam sebuah wawancara di Cokro TV.
Pernyataan Ade ini terkait dengan analisis Refly Harun yang menyebutkan bahwa jika PDIP bergabung dengan koalisi Prabowo, Gibran berpotensi disingkirkan untuk memberi ruang bagi Puan Maharani. Ade menanggapi hal tersebut dengan menyebutnya sebagai analisis yang tidak masuk akal. "Soal Megawati mendekati Prabowo datang dari kubu PDIP, sementara soal penyingkiran Gibran adalah analisis Refly Harun. Ini tidak masuk akal," tegasnya.
Kedekatan PDIP dengan Prabowo semakin terlihat melalui beberapa momen penting, salah satunya pidato Megawati pada perayaan ulang tahun PDIP yang mengucapkan terima kasih kepada Prabowo atas jasanya dalam memulihkan nama baik Bung Karno. Dalam pidatonya, Megawati juga menyatakan keinginannya untuk bertemu Prabowo secara langsung, bahkan menawarkan untuk memasak nasi goreng sebagai simbol rekonsiliasi.
Pernyataan sejumlah petinggi PDIP, seperti Ahmad Basarah dan Guntur Romli, semakin memperkuat dugaan bahwa PDIP serius mendekati Prabowo. Mereka menegaskan niat PDIP untuk bekerja sama dengan pemerintahan Prabowo, meskipun tanpa adanya kader partai yang masuk dalam kabinet.
Refly Harun juga memberikan pandangan terkait kemungkinan persekutuan politik antara PDIP dan Prabowo. Ia menyatakan bahwa Megawati kemungkinan tidak ingin kembali menjadi oposisi selama lima tahun ke depan, mengingat pengalaman sebelumnya di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Bergabungnya PDIP dengan koalisi Prabowo dinilai lebih strategis untuk menghindari isolasi politik.
Namun, Ade Armando menilai skenario penyingkiran Gibran seperti yang dipaparkan Refly Harun tidak realistis. Ia menegaskan bahwa meskipun Megawati mendekati Prabowo, hubungan baik antara Prabowo dan Jokowi, serta peran penting Gibran dalam kemenangan Prabowo pada Pemilu 2024, membuat penyingkiran Gibran tidak mungkin dilakukan. Langkah tersebut justru akan merusak stabilitas politik pemerintahan.
Ade juga menyatakan bahwa posisi tawar Prabowo jauh lebih kuat dibandingkan Megawati. Sebagai pihak yang membutuhkan dukungan, Megawati kemungkinan besar akan menyesuaikan diri dengan situasi politik yang ada, tanpa menuntut perubahan signifikan dalam struktur pemerintahan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok