Repelita Jakarta - Peneliti Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati meminta masyarakat untuk tidak asal percaya terhadap hasil polling Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) yang memasukkan nama Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) ke dalam daftar finalis pemimpin dunia terkorup. Ia menilai hasil tersebut tidak bisa mewakili sikap publik terhadap Jokowi.
"Saya pikir tingginya (hasil) polling tersebut tentu tidak menjamin 100 persen publik sudah geram (dengan Jokowi)," kata Wasisto saat dihubungi di Jakarta.
Menurut Wasisto, OCCRP bukanlah lembaga survei sehingga validitas polling yang dilakukan menjadi diragukan. "Secara validitas data masih diragukan karena OCCRP bukan lembaga riset, namun lebih kepada jaringan jurnalis," ujarnya.
Ia juga mengingatkan agar masyarakat meninjau ulang informasi yang dimuat oleh OCCRP. "Oleh karena itu, makna publik ini perlu ditinjau ulang sebagai responden," tambahnya.
Sebelumnya, laporan OCCRP yang memasukkan Jokowi sebagai salah satu finalis pemimpin dunia terkorup menjadi sorotan. Ironisnya, sumber data laporan tersebut hanya didasarkan pada asumsi warganet.
Melalui siaran pers di situs resminya, OCCRP mengakui bahwa pihaknya tidak memiliki bukti atas tuduhan terhadap Jokowi maupun tokoh dunia lainnya. Nominasi dibuat berdasarkan usulan publik yang diterima melalui email dan sejumlah platform media sosial.
“Para juri menghargai nominasi warga negara, tetapi dalam beberapa kasus, tidak ada cukup bukti langsung tentang korupsi yang signifikan atau pola pelanggaran yang sudah berlangsung lama,” kata penerbit OCCRP Drew Sullivan.
OCCRP juga menjelaskan bahwa pihaknya menerima lebih dari 55.000 usulan dari berbagai negara, termasuk pencalonan terhadap Jokowi. Sejumlah dugaan dan asumsi yang mencuat di media turut menjadi indikator dalam proses nominasi tersebut.
"Ada persepsi yang kuat di antara warga negara tentang korupsi, dan ini seharusnya menjadi peringatan bagi mereka yang dinominasikan bahwa masyarakat sedang memperhatikan," tulis OCCRP.
Penjelasan ini semakin memperkuat keraguan terhadap validitas data yang digunakan dalam laporan tersebut. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok