Repelita Jakarta - Jurnalis senior Hersubeno Arief menyoroti dampak besar publikasi dari Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) terhadap citra Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurutnya, publikasi tersebut menjadi titik balik yang meruntuhkan persepsi publik terhadap Jokowi, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
Hersubeno menyebut bahwa persepsi publik terhadap Jokowi, yang selama ini dibangun dengan narasi keberhasilan dan tingkat kepuasan masyarakat, kini hancur.
"Jadi, memang dari sisi opini publik atau persepsi publik bukan hanya publik domestik, tapi juga di dunia internasional terhadap Jokowi, ini betul-betul hancur-hancuran," ujar Hersubeno dalam tayangan YouTube Hersubeno Point pada Minggu (5/1/2025).
Ia menegaskan bahwa laporan OCCRP memicu reaksi keras dari para pendukung Jokowi dan menciptakan tuntutan agar mantan Presiden dua periode tersebut segera diadili.
"Di Indonesia, terutama di Jakarta, hari-hari ini banyak sekali grafiti atau coretan di dinding yang menuntut agar Jokowi diadili," tambahnya.
Hersubeno juga menggarisbawahi bahwa tuduhan yang menyebut Jokowi sebagai salah satu pemimpin terkorup di dunia memberikan dampak luar biasa terhadap reputasinya. Termasuk upaya panjang Jokowi dalam melanggengkan dinasti politiknya.
Selain itu, laporan OCCRP juga mengungkap dugaan kelemahan pemerintahan Jokowi dalam menjaga independensi lembaga antikorupsi, khususnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kritik juga diarahkan pada peran Jokowi dalam memfasilitasi kepentingan politik putranya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Para pendukung Jokowi, yang oleh Hersubeno disebut sebagai "peternak Jokowi", berupaya keras mengaburkan isu tersebut dengan berbagai narasi.
Salah satunya dengan klaim bahwa OCCRP telah meminta maaf dan mencabut laporannya, meskipun klaim tersebut terbukti hoaks.
Hersubeno menilai bahwa publikasi OCCRP cukup kuat untuk meruntuhkan citra Jokowi yang selama ini didukung oleh buzzer dan lembaga survei. Ia menggambarkan situasi ini sebagai "bencana citra" bagi Jokowi.
"Selama satu dekade, berbagai upaya telah dilakukan untuk membangun persepsi bahwa Jokowi adalah salah satu presiden terbaik dalam sejarah Indonesia.
Tapi, publikasi OCCRP ini berhasil merusak reputasi tersebut hanya dalam waktu singkat, seperti pepatah 'panas sepanjang tahun dihapus oleh hujan sehari'," ungkapnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok