Repelita Jakarta - Fadli Zon, politikus Partai Gerindra yang dikenal vokal mengkritik Presiden Joko Widodo, kini mendapat label “anti kritik” dari sejumlah pihak, termasuk pengamat politik Yudhi Soenarto.
Dalam berbagai kesempatan, Fadli Zon kerap menyuarakan ketidakpuasannya terhadap kebijakan pemerintah. Mulai dari isu ekonomi, hukum, hingga politik luar negeri, Fadli Zon selalu berada di barisan depan.
“Kritik itu bagian dari demokrasi,” ujar Yudhi Soenarto dalam sebuah wawancara yang disiarkan di Forum Keadilan TV.
Namun menurut Yudhi Soenarto, kritik yang dilontarkan oleh Fadli Zon sering kali berbalut kontroversi. Misalnya kritik terhadap pembangunan infrastruktur yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil atau pandangannya soal utang luar negeri yang dinilai membebani generasi mendatang.
Ironisnya, di balik citra sebagai pengkritik tajam, Fadli Zon justru dinilai sulit menerima kritik yang ditujukan kepadanya.
“Fadli Zon sering kali defensif saat dikritik. Sebagai politisi, seharusnya ia lebih terbuka terhadap perbedaan pandangan,” ujar Yudhi Soenarto.
Yudhi Soenarto mencontohkan ketika Fadli Zon mendapat kritik atas cuitannya di media sosial yang dianggap provokatif. Alih-alih menanggapi dengan argumentasi, ia memilih memblokir sejumlah akun yang mempertanyakan sikapnya.
“Ini menunjukkan bahwa kebebasan berpendapat yang ia gembar-gemborkan tidak berlaku dua arah,” tambah Yudhi Soenarto.
Yudhi Soenarto menilai bahwa sebagai tokoh publik, Fadli Zon seharusnya lebih toleran terhadap beragam opini, termasuk yang bertentangan dengan pandangannya.
“Kritik dan respons terhadap kritik adalah dua sisi mata uang dalam demokrasi,” tutupnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok