Repelita, Jakarta 16 Desember 2024 – Pidato Prabowo Subianto pada peringatan ulang tahun Partai Golkar ke-60 menuai perhatian di media sosial. Prabowo mempertanyakan peran Bahlil Lahadalia, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menteri Investasi, dengan pertanyaan, “Kok bisa jadi Menteri Investasi?” Pernyataan ini memicu spekulasi apakah pertanyaan tersebut merupakan sindiran atau pujian.
Pengamat politik Rocky Gerung menyebut bahwa pidato Prabowo tidak dapat dipandang hanya sebagai candaan biasa. Menurut Rocky, pernyataan itu merupakan bagian dari strategi komunikasi Prabowo yang kompleks, mencakup sindiran sekaligus pendekatan personal.
Prabowo juga membahas potensi Presiden Jokowi bergabung ke Partai Golkar, dengan menyarankan posisi yang ditawarkan bukan hanya sekadar kartu anggota. Rocky menilai hal ini adalah langkah untuk menjalin kemitraan strategis dengan Golkar di tengah dinamika politik yang sedang berlangsung, termasuk setelah Jokowi dinyatakan keluar dari PDIP.
Rocky mengatakan, “Pidato itu memiliki banyak lapisan. Humor dari Prabowo bukan hanya untuk mencairkan suasana tetapi juga menyiratkan pesan serius tentang posisi Bahlil dan Golkar dalam pemerintahan saat ini.”
Selain itu, Prabowo juga terlihat mempererat hubungan dengan tokoh senior Golkar, seperti Abu Rizal Bakrie. Rocky menyebut hal ini sebagai tanda potensi aliansi politik yang lebih besar di masa mendatang.
“Golkar dan Prabowo sama-sama memiliki peran penting dalam dinamika politik kompleks. Prabowo memahami bahwa Golkar adalah kunci untuk menjaga stabilitas politik, apalagi jika Jokowi benar-benar beralih ke Golkar,” ujar Rocky.
Menurut Rocky, pendekatan Prabowo yang penuh strategi seperti ini menciptakan metode politik baru di Indonesia. Dengan pendekatan yang lebih akrab dan santai, kritik dapat disampaikan tanpa menimbulkan ketegangan. Namun, di balik semua itu, ada pesan bahwa kabinet mendatang belum sepenuhnya stabil.
“Dalam 100 hari ke depan, mungkin akan ada perubahan besar di kabinet. Bahlil dan Golkar perlu membuktikan kontribusi signifikan mereka, bukan hanya sekadar mengisi posisi,” lanjut Rocky.
Di tengah semua dinamika politik ini, tantangan bagi Prabowo adalah menjaga legitimasi dan kepercayaan publik terhadap visinya. Peran Gibran, yang dinilai tidak sepenuhnya sejalan dengan Prabowo, disebut sebagai salah satu titik lemah yang perlu segera diatasi.
“Guyonan Prabowo terlihat ringan, tetapi ini adalah pesan serius untuk semua pihak. Politik Indonesia semakin kompleks, dan setiap pernyataan harus dipahami sebagai bagian dari strategi besar,” tutup Rocky.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok