Jakarta, 4 Desember 2024 - Jurnalis senior Hersubeno Arief mengungkap lebih dalam mengenai polemik yang mengarah pada penggantian Jusuf Kalla dari kursi Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI). Menurut Arief, masalah ini jauh lebih kompleks daripada yang diperkirakan banyak pihak.
Dalam analisisnya, Hersubeno menyebutkan bahwa kasus ini tidak hanya melibatkan dinamika internal PMI, namun juga melibatkan aspek politik praktis serta kepentingan bisnis yang besar. Ia membeberkan bahwa salah satu motif utama di balik rencana penggantian Kalla adalah keberadaan pabrik fraksionasi plasma darah yang baru didirikan.
Arief mengungkapkan, melalui informasi yang diterimanya dari seorang tenaga kesehatan (nakes), bahwa pabrik ini, yang merupakan hasil kerja sama dengan perusahaan asal Korea Selatan, memiliki potensi besar untuk mengolah plasma darah menjadi obat-obatan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor yang selama ini mencapai Rp1,1 triliun setiap tahunnya.
Sebagai pemegang saham di pabrik tersebut, PMI berada pada posisi strategis yang memungkinkan pengelolaan dana besar. Hersubeno Arief menilai bahwa keberadaan pabrik ini menjadi incaran banyak pihak yang ingin menguasai PMI, tidak hanya untuk tujuan kemanusiaan, tetapi juga untuk meraup keuntungan besar di sektor kesehatan.
Lebih lanjut, Arief juga menyoroti adanya indikasi praktik money politics dalam proses ini. Terungkap bahwa pengurus PMI dari berbagai daerah diajak untuk mendukung kandidat tertentu dengan fasilitas mewah, seperti pertemuan di hotel berbintang. Hal ini, menurut Arief, mencerminkan adanya praktik politik pragmatis yang tidak seharusnya terjadi dalam sebuah organisasi kemanusiaan.
Arief, yang dikenal dengan pendekatan jurnalistiknya yang tajam, menyebutkan bahwa dugaan adanya dimensi politik dalam penggantian Jusuf Kalla juga perlu dicermati. Salah satu faktor yang kemungkinan memengaruhi keputusan ini adalah sikap kritis Jusuf Kalla terhadap kebijakan tertentu.
Menurut Arief, bisnis terkait plasma darah ini sangat berhubungan dengan penyakit-penyakit yang membutuhkan obat-obatan derivat dari plasma darah. Pabrik yang menjadi pusat perhatian ini bahkan sudah dibangun pada Desember 2023 lalu.
Tegasnya, masalah ini tidak sesederhana yang terlihat dan memerlukan perhatian lebih untuk mengungkapkan motif di baliknya. (*)
Editor: Elok WA R-ID