Repelita Makassar - Salah satu yang dikenang dari almarhum Jenderal TNI Purn Andi Muhammad Jusuf Amir atau Jenderal Jusuf adalah kebiasaannya mendatangi barak prajurit dan memerhatikan kesejahteraan anak buahnya. Jenderal Jusuf juga dikenal hidup sederhana meski pernah menduduki jabatan strategis, termasuk sebagai Panglima ABRI.
Jenderal Jusuf tidak seperti pejabat lainnya yang sering bermain golf. Kariernya sebagai prajurit dan pejabat pemerintahan pun penuh kisah inspiratif. Pangdam XIV Hasanuddin, M. Jusuf, pernah ditunjuk Presiden Soekarno menjadi Menteri Perindustrian Ringan. Ia kemudian dipercaya sebagai Menteri Perindustrian Dasar dan Menteri Perdagangan.
Saat pemerintahan Soeharto, Jenderal Jusuf tetap diandalkan. Ia menjadi salah satu tokoh yang mendesak Presiden Sukarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), bersama Jenderal Basuki Rahmat dan Jenderal Amir Machmud. Surat tersebut menjadi legitimasi Soeharto untuk menggantikan Sukarno.
Di bawah pemerintahan Soeharto, Jenderal Jusuf menjabat Menteri Perindustrian hingga 1978. Karier militernya kembali mencuat saat Soeharto mengangkatnya sebagai Panglima ABRI/Menhankam pada 1978, menggantikan Jenderal Maraden Panggabean. Penunjukan ini mengejutkan banyak pihak karena Jenderal Jusuf telah lama tidak berdinas aktif di militer.
Sebagai Panglima ABRI, Jenderal Jusuf dikenal dekat dengan prajurit dan rakyat. Namun, popularitasnya yang melesat memicu rumor adanya ambisi politik. Jaringan intelijen Soeharto bahkan melaporkan dugaan bahwa ia tengah menggalang kekuatan internal. Soeharto merespons isu ini dengan menggelar rapat di kediamannya, Jalan Cendana. Dalam rapat itu, Jenderal Jusuf membantah keras semua tuduhan tersebut.
“Bohong! Itu tidak benar semua! Saya ini diminta untuk jadi Menhankam/Pangab karena perintah Bapak Presiden,” ujar Jenderal Jusuf dengan tegas. Pernyataan itu diikuti dengan gebrakan meja yang membuat suasana rapat tegang. Soeharto akhirnya menyudahi rapat untuk meredakan situasi.
Setelah peristiwa itu, hubungan Jenderal Jusuf dengan Soeharto merenggang. Pada 1983, Soeharto menggantikannya dengan Letjen Benny Moerdani sebagai Panglima ABRI. Jenderal Jusuf kemudian dipercaya menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) hingga 1993.
Meskipun hubungan keduanya sempat dingin, Soeharto tetap menghormati Jenderal Jusuf. Dalam satu kesempatan, Soeharto memprioritaskan permintaan Jenderal Jusuf untuk bertemu meski sudah memiliki agenda lain. “Kalau Pak Jusuf yang minta, berarti pasti itu penting,” ujar Soeharto kepada ajudannya.
Setelah tidak menjabat di pemerintahan, Jenderal Jusuf memilih kembali ke kampung halamannya di Makassar. Ia wafat pada 8 September 2004 dalam usia 76 tahun.
Ketokohan Jenderal Jusuf akan dibahas dalam Seminar Internasional Prinsip dan Karakter Bugis-Makassar 4 Ethos 4 Jusuf. Seminar ini menjadi bagian dari rangkaian Dies Natalis ke-68 Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar pada Senin, 2 September 2024 mendatang.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok