Repelita Jakarta - Munculnya pembelaan terhadap Hasto Kristiyanto semakin menguat, bukan dalam rangka melawan proses hukum, tetapi lebih sebagai penentangan terhadap ketidakadilan dan pemaksaan politik melalui perangkat hukum. Kasus Harun Masiku memang telah menyebabkan beberapa pejabat KPU dipenjara, namun banyak yang melihat peristiwa tersebut sebagai permainan politik Presiden Jokowi. Kini, permainan itu kembali dipertanyakan. Jokowi terlihat semakin jumawa, namun juga mulai mengalami sindrom masa pensiun.
Dalam sebuah acara di Ibu Kota Nusantara (IKN), Jokowi terlihat melakukan penghormatan di depan api. Apakah ini sekadar simbolisasi atau ada pesan lain yang terkandung, masih menjadi perdebatan. Dalam konteks agama, api seringkali dianggap sebagai simbol yang tidak seharusnya dipermainkan. Api dalam banyak agama, termasuk Islam, diartikan sebagai penghuni Neraka. Tentu saja, hal ini bukan untuk mengaitkan langsung dengan Jokowi, tetapi lebih sebagai pengingat akan pentingnya pertanggungjawaban akhirat yang harus dijaga saat menjabat di dunia.
Bermain politik seperti bermain dengan api, yang jika tidak hati-hati bisa berbalik membakar diri sendiri. Salah satunya adalah kasus Hasto yang tarik ulur, bahkan kini kembali menyeret nama Jokowi yang disebut memiliki pengaruh besar di KPK. Beberapa suara mulai menilai ketidakabsahan pimpinan KPK yang dipilih oleh Jokowi, dan ini semakin memunculkan spekulasi tentang keterlibatannya dalam berbagai kasus besar, termasuk terkait Hasto.
Tak hanya itu, langkah Jokowi yang memicu ketegangan politik dengan PDIP semakin memperkeruh keadaan. Hasto dan Megawati sebagai simbol utama PDIP semakin terpojok. Politik nasional diprediksi akan semakin memanas akibat strategi yang diterapkan Jokowi. Hasto dikabarkan memiliki sejumlah video penting yang bisa membongkar kasus korupsi besar, dan beberapa video tersebut kini berada di tangan Connie Bakrie yang sedang berada di Rusia.
Kebijakan Jokowi yang semakin terlihat mengarah pada narsisme, seperti pembangunan patung dirinya di beberapa tempat, dipandang sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap kemarahan rakyat. Beberapa pihak memprediksi bahwa patung-patung tersebut bisa jadi akan dihancurkan atau dirusak oleh rakyat yang sudah mulai muak.
Sebagai antitesis dari hal ini, Presiden Prabowo diharapkan dapat menjalankan Tri Ganti, yang mencakup penggantian pimpinan KPK yang dinilai tidak sah, penggantian Jaksa Agung yang dianggap sebagai boneka Jokowi, dan penggantian Kapolri yang dianggap tidak transparan. Prabowo perlu untuk berani mandiri dan melepaskan diri dari kendali Jokowi agar dapat menjalankan pemerintahan yang lebih bersih dan berkeadilan.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok