Repelita, Jakarta 16 Desember 2024 – Gus Baha menegaskan pentingnya menjaga perilaku dan ucapan antar sesama Muslim. Menurutnya, Islam tidak mengajarkan umatnya untuk saling menghina atau mengkritik tanpa dasar yang jelas. Pesan ini disampaikan berdasarkan sebuah hadis tentang seorang pemuda yang dianggap cuek saat melewati kelompok yang sedang belajar.
Nabi Muhammad SAW, dalam hadis tersebut, menegur sahabat yang mengkritik pemuda itu, dengan menyatakan bahwa pemuda itu mungkin saja memiliki alasan yang baik. Gus Baha menegaskan bahwa kritik antar sesama Muslim sebaiknya diminimalkan, dan setiap individu memiliki hak untuk menjalankan ibadah sesuai kondisi mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan situasi pribadi seperti pekerjaan atau tanggung jawab keluarga dapat menghalangi seseorang untuk selalu hadir dalam pengajian atau salat berjamaah.
“Jangan terburu-buru mengkritik orang lain. Islam mengajarkan kita untuk lebih berhati-hati dalam berbicara, terutama mengenai ibadah. Setiap orang berhak menjalankan ibadah sesuai dengan kondisinya,” kata Gus Baha.
Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk menjaga niat yang tulus dalam setiap amal ibadah. Dalam hal salat, misalnya, ia menjelaskan bahwa salat bukan sekadar kewajiban formal, tetapi juga pengabdian kepada Allah yang penuh keikhlasan.
“Jangan sampai kita beribadah hanya karena dilihat orang lain. Yang terpenting adalah keikhlasan hati,” lanjutnya.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa tidak semua orang dapat hadir dalam salat berjamaah atau pengajian. Oleh karena itu, umat Islam perlu menghargai mereka yang tidak bisa hadir karena alasan tertentu, seperti mencari nafkah demi keluarga.
Gus Baha menekankan pentingnya peran ulama dalam memberikan pemahaman yang benar tentang kewajiban salat dan kehadiran dalam jamaah. Lebih jauh, ia juga menggarisbawahi pentingnya saling menghargai perbedaan dalam beribadah.
“Islam memberikan ruang bagi setiap individu untuk menjalankan ibadah sesuai kemampuannya, tanpa harus ada penilaian negatif dari sesama Muslim,” ujarnya.
Gus Baha juga mengajak umat Islam untuk lebih mindful dalam berbicara dan bersikap terhadap sesama Muslim. Ia menegaskan bahwa perpecahan hanya akan merugikan umat Islam, sehingga persatuan dalam menjalankan ajaran agama harus dijaga.
Salah satu kisah yang diceritakan Gus Baha berkaitan dengan Nabi Muhammad SAW saat beliau masuk ke dalam Ka'bah setelah merebutnya dari tangan musyrik. Meskipun saat itu Rasulullah merasa senang, ekspresinya berubah menjadi sedih setelah keluar, karena beliau khawatir jika salat di dalam Ka'bah dianggap sebagai kewajiban yang harus diikuti oleh umatnya, padahal itu bukan perintah Islam.
Gus Baha juga membahas aspek sosial, seperti perbedaan kesejahteraan antara imam masjid di Indonesia dan Malaysia. Di Malaysia, imam sering mendapatkan penghasilan yang layak, sementara di Indonesia banyak imam yang harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
“Oleh karena itu, umat Islam perlu memahami bahwa tidak semua orang dapat melaksanakan ibadah dengan cara yang sama. Ada banyak faktor yang memengaruhi, seperti kondisi ekonomi dan tanggung jawab hidup,” kata Gus Baha.
“Islam mengajarkan kita untuk saling menghormati, bukan untuk saling menghina,” pungkasnya.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok