Serangan Pemberontak Islam di Aleppo Tewaskan Puluhan Tentara Suriah
Jakarta – Puluhan tentara Suriah dilaporkan tewas dalam serangan besar yang dipimpin oleh kelompok pemberontak Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di kota Aleppo pada Sabtu (30/11/2024). Serangan ini menjadi tantangan besar bagi Presiden Bashar al-Assad, yang harus mengerahkan kembali pasukannya untuk menghadapi ancaman baru dalam perang saudara yang telah berlangsung sejak 2011.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa angkatan udara mereka melakukan serangan udara untuk mendukung militer Suriah dalam menghadapi pemberontakan yang paling signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Serangan ini terjadi di tengah ketegangan yang melibatkan berbagai kekuatan internasional yang terlibat dalam konflik Suriah.
Hayat Tahrir al-Sham, yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra, adalah kelompok yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh sejumlah negara, termasuk AS, Rusia, dan Turki. HTS kini kembali menguasai sebagian besar wilayah Aleppo, termasuk bandara kota, yang sebelumnya telah berada di bawah kendali penuh pemerintah Suriah sejak 2016.
Ali Jumaa, seorang pejuang pemberontak asal Aleppo, mengungkapkan kegembiraannya dalam sebuah video setelah sekian lama mengungsi. "Syukurlah kami akhirnya kembali. Rasanya tak bisa dijelaskan," kata Jumaa, yang telah meninggalkan Aleppo sejak 2016.
Komando militer Suriah mengakui kemajuan pemberontak dan mengerahkan kembali pasukannya untuk memperkuat pertahanan serta melindungi warga sipil. Serangan udara yang dilancarkan oleh militer Suriah dilaporkan telah menghancurkan sejumlah konvoi pemberontak di Aleppo.
Serangan ini menandai babak baru dalam konflik yang telah menyebabkan jutaan orang mengungsi dan memakan ratusan ribu korban jiwa. Meskipun pertempuran besar telah mereda sejak 2020, perkembangan terbaru ini menunjukkan bahwa stabilitas di Suriah masih jauh dari tercapai.
Konflik ini semakin kompleks dengan keterlibatan kekuatan regional dan internasional, seperti Rusia, Iran, dan Turki, yang masing-masing mendukung pihak yang berbeda dalam perang ini. Meskipun kesepakatan deeskalasi antara Turki dan Rusia telah menurunkan intensitas pertempuran di beberapa wilayah, serangan di Aleppo menunjukkan bahwa konflik Suriah masih jauh dari penyelesaian.
(*)
Editor: Ani Qaila Ramadhan