Viral di media sosial, sebuah video menunjukkan kemunculan warga Suku Togutil yang keluar dari hutan untuk menemui sejumlah pekerja di Halmahera, Maluku Utara.
Dalam video yang diunggah oleh akun X @heraloebss, tampak seorang pria dengan rambut gondrong serta kumis dan jenggot lebat turun dari sebuah bukit.
Pria tersebut mendatangi sejumlah pekerja dan petugas bersenjata api di lokasi tersebut. Ia hanya mengenakan semacam kain penutup aurat dan tampak berbicara dengan suara lantang dari kejauhan, yang diyakini sebagai warga Suku Togutil.
Seorang pekerja, yang tampaknya penerjemah atau warga lokal, menyambut pria itu dan bersalaman dengannya. Meskipun suasana terlihat santai, ada sedikit kebingungan di antara para pekerja yang ada di lokasi.
Pria yang disebut warga Suku Togutil itu kemudian menyapa dan menyalami para pekerja serta petugas bersenjata. Dalam video tersebut, dikatakan bahwa warga Togutil itu tengah meminta makanan kepada para pekerja yang bekerja untuk sebuah perusahaan pengeboran.
Kebenaran mengenai video ini belum dapat dipastikan. Namun, video serupa sudah beredar beberapa bulan lalu, yang menunjukkan kemunculan warga Suku Togutil kembali mendatangi para pekerja di Hutan Halmahera, Maluku Utara.
Tiga orang, terdiri dari satu pria dan dua wanita, datang menemui pekerja di lokasi tambang. Kedatangan mereka disambut hangat oleh para pekerja yang kemudian memberikan makanan kepada mereka.
Siapa sebenarnya Suku Togutil? Suku ini adalah salah satu komunitas yang masih mendiami pedalaman Halmahera, Maluku Utara, yang lebih dikenal dengan nama Suku Togutil.
Menurut Wakil Rektor Universitas Halmahera (Uniera), Dr. Sirayandris J Botara MSi Teol, istilah "Suku Togutil" sebenarnya tidak tepat, karena itu adalah pelabelan yang sudah ada sejak lama. Masyarakat lokal lebih mengenal mereka dengan sebutan Tugo Tukil, yang kemudian berkembang menjadi Togutil.
Sirayandris menjelaskan, sebutan Togutil sering dikaitkan dengan naluri berburu komunitas ini, namun mereka lebih suka disebut dengan nama Ohongana Manyawa. Dalam bahasa Tobelo, "Ohongana" berarti orang hutan, dan "Manyawa" berarti manusia atau orang.
Namun, makna sebenarnya adalah "orang yang mendiami belantara hutan Halmahera," yaitu orang yang hidup dengan alam. Mereka menggunakan Bahasa Tobelo, sehingga mereka sering disebut sebagai Tobelo Dalam.
Di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Halmahera Tengah, bahasa Tobelo yang digunakan oleh komunitas ini sudah dipengaruhi oleh bahasa sub-etnis Tabaru, sebuah kelompok yang ada di Halmahera, khususnya di Kabupaten Halmahera Barat.
Komunitas ini masih dapat dijumpai di beberapa wilayah, termasuk Miaf, Maba Tengah, Tanjung Lili, Dorosago, Maba Utara, Waya, dan Wasilei Utara di Kabupaten Halmahera Timur, serta Akejira, Weda Timur, Weda Utara, Oba, dan Oba Selatan di Kabupaten Halmahera Tengah.
Suku Togutil dikenal dengan pola hidup nomaden, yang bergantung pada musim dan ketersediaan sumber makanan. Oleh karena itu, mereka hidup secara alami dan sangat bergantung pada alam.
Sebagai contoh, saat seorang bayi baru lahir, mereka tidak merayakannya dengan penanggalan Masehi, melainkan dengan menanam pohon. Pohon tersebut ditanam bersamaan dengan plasenta bayi, dan bayi tersebut diberi nama sesuai dengan nama pohon itu. Misalnya, jika pohon yang ditanam adalah tebu, maka bayi itu akan diberi nama "Ugaka," yang berarti tebu dalam bahasa Tobelo.
Data mengenai komunitas ini sulit diperoleh karena mereka sering berpindah tempat, dan berinteraksi dengan masyarakat sangat jarang dilakukan. Komunitas ini masih memelihara alam Halmahera dan merawatnya dengan penuh jiwa, sehingga mereka perlu dilindungi agar budaya mereka tetap terjaga.(*)