Kasus Transgender Jalani Umrah: Isa Zega dan Sorotan pada Biro SS Travel
Kasus seorang transgender yang melaksanakan ibadah umrah kembali menjadi perbincangan hangat.
Isa Zega, seorang laki-laki yang telah menjalani proses transgender, diketahui melaksanakan ibadah umrah dengan bergabung bersama jemaah perempuan.
Keberangkatan Isa Zega ini menuai kontroversi, terutama setelah muncul dugaan bahwa ia difasilitasi oleh biro perjalanan umrah SS Travel.
Biro perjalanan tersebut diketahui dimiliki oleh seorang selebgram asal Aceh bernama Shella Saukia.
Sorotan Publik
Kejadian ini mendapat perhatian luas setelah unggahan di media sosial Isa Zega tentang aktivitasnya selama umrah viral.
Masyarakat memberikan berbagai respons, termasuk kritik keras terhadap biro perjalanan yang dianggap kurang teliti dalam memverifikasi latar belakang peserta umrah.
Banyak warganet mendatangi akun Instagram milik Shella Saukia untuk mencari klarifikasi terkait kasus ini.
Komentar beragam membanjiri akun tersebut, mulai dari mempertanyakan hingga menyerukan boikot terhadap SS Travel.
Kritik dan Seruan Boikot
Sejumlah warganet menganggap keberangkatan Isa Zega sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.
Beberapa di antaranya menyampaikan seruan untuk memboikot SS Travel.
Mereka menilai kejadian ini mencerminkan kurangnya tanggung jawab dalam memastikan kepatuhan terhadap aturan ibadah.
"Kami boikot segala bentuk yang mendukung pelanggaran agama," tulis salah seorang warganet.
Belum Ada Klarifikasi Resmi
Hingga kini, Shella Saukia belum memberikan tanggapan resmi terkait dugaan keterlibatan biro perjalanannya dalam keberangkatan Isa Zega.
Akun Instagram miliknya tetap terbuka untuk komentar, meskipun dibanjiri kritik dari warganet.
Keheningan Shella justru memicu semakin banyak spekulasi tentang kasus ini.
Tanggung Jawab Biro Perjalanan
Dugaan keterlibatan SS Travel membuka diskusi publik mengenai tanggung jawab moral dan profesional penyedia jasa perjalanan ibadah.
Kasus ini juga menjadi peringatan bagi biro perjalanan untuk lebih berhati-hati dalam memastikan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku.
Polemik ini masih terus berkembang, menunggu klarifikasi dari pihak terkait dan penyelesaian yang adil sesuai dengan norma yang berlaku.(*)