Aksi Reuni 411 Dinilai Sebagai Demonstrasi Politik Praktis
Seruan aksi Reuni 411 dipandang sebagai sebuah demonstrasi yang berfokus pada kepentingan politik praktis.
Tema yang diusung dalam aksi ini, yaitu penjarakan Jokowi dan ganyang fufufafa, secara langsung menyasar keluarga Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Pengamat politik, Muhammad Khairul Bahri, mengungkapkan bahwa reuni 411 tidak memiliki legitimasi keumatan dalam konteks agama dan lebih kepada kepentingan politik.
Ia mencatat bahwa bisa jadi aksi ini merupakan agenda balas dendam setelah ormas tersebut dibubarkan oleh Presiden Jokowi.
Selain itu, Khairul menginformasikan bahwa dalam aksi 411 di depan Istana Kepresidenan, terdapat tudingan penodaan agama yang melibatkan Calon Wakil Gubernur Jakarta, Suswono.
Dia menekankan bahwa ada dugaan aksi ini juga akan disusupi oleh kepentingan politik di Jakarta, mengingat Suswono adalah salah satu kontestan dalam Pilkada 2024.
“Aksi ini diperkirakan sebagai gerakan politik praktis karena akan ada aksi penjarakan Suswono. Tidak ada asumsi lain yang dapat mendukung tesis bahwa ini adalah murni gerakan pesanan untuk tujuan politik,” kata Khairul.
Khairul juga berpendapat bahwa aksi 411 tidak akan seramai acara-acara sebelumnya, seperti pada tahun 2016, yang memiliki esensi religius, yaitu untuk memenjarakan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Lebih jauh, ia menyoroti ketidakhadiran Imam Besar FPI, Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Shihab, yang saat ini berada di Arab Saudi.
“Ketidakhadiran panutan mereka mengindikasikan bahwa daya tarik untuk mendukung gerakan 411 kali ini menjadi kecil. Namun, tetap ada potensi untuk disusupi oleh kelompok yang ingin memanfaatkan situasi ini,” ungkapnya.
Dengan demikian, Khairul berharap agar aparat keamanan, terutama intelijen, tetap waspada terhadap potensi agenda susupan lain yang bisa memicu situasi yang tidak diinginkan.
“Kita yakin intelijen kita bekerja dengan baik, dan aparat keamanan akan mengantisipasi potensi kekacauan yang mungkin terjadi,” pungkas Khairul.(*)