Bantuan sembako untuk korban banjir di Jakarta Timur yang dikemas dalam tas bertuliskan "Bantuan Wapres Gibran" menuai kecaman publik di media sosial. Tas berwarna biru yang bergambar Istana Wakil Presiden itu mendapatkan sorotan tajam dari warganet yang menilai tindakan tersebut tidak etis.
Beberapa netizen mengkritik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka karena dianggap tidak menghormati etika dalam penggunaan nama jabatan pada bantuan tersebut.
Beberapa bahkan membandingkan Gibran dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang tidak pernah menggunakan nama pribadi dalam bantuan serupa.
Salah satu komentar menyebutkan, "Pemberian bantuan seharusnya menggunakan istilah 'Bantuan Presiden' atau 'Bantuan Pemerintah', bukan nama pribadi Wakil Presiden."
Selain itu, beberapa warganet menduga bahwa penggunaan nama Wakil Presiden dalam bantuan tersebut merupakan upaya promosi diri menjelang Pilpres 2029. "Promo 2029," ujar salah satu komentar yang mengkritik langkah tersebut.
Komentar-komentar tersebut mencerminkan kekecewaan publik terhadap apa yang dianggap sebagai ketidakwajaran dalam penggunaan nama Wakil Presiden untuk kepentingan bantuan kemanusiaan. Netizen juga menekankan bahwa pejabat seharusnya menjaga etika dan moral dalam setiap tindakannya agar tidak menimbulkan kontroversi di masyarakat.
Beberapa tokoh turut memberikan komentar terkait hal ini. Ustad Hilmi Firdausi melalui akun X-nya (@UHF) bertanya, "Biar gak dibilang nyinyir, adakah UU atau peraturan yang mengatur hal ini?" Ia menambahkan, "Kalau memang diperbolehkan oleh UU, ya sudah. Kecuali bicara etika, ini lain cerita."
Muhammad Said Didu juga mengkritik hal ini dengan menyebut, "Baru kali ini ada namanya 'bantuan wakil presiden', yang ada dalam kode anggaran adalah Banpres (bantuan presiden)."
Beberapa akun X lainnya memberikan komentar terkait bantuan tersebut:
@UmarHasibuan__ (29/11): "5 tahun Kiayi Maruf jd wapres gak pernah ada bantuan pakai tas bertulis bantuan Wapres Maruf Amin. Klu ada etiknya mustinya pakai tulisan bantuan presiden atau bantuan pemerintah."
@BangGodham: "Ya yg jadi presidennya juga diem aja' digituin… Bahkan penasihat atau para pembantunya juga gak ada yg mau bilangin. Sudah jelas-jelas tidak patut tapi terus dibiarkan."
@BangPanji17: "Promo 2029."
@LordBugis: "Jangan bicara etika kepada keluarga @jokowi."
@juliasrg2: "Presiden nya kalah tikung terus nih, masih njabat berapa hari aja udah promo diri terus buat 2029, padahal pinter juga gak. Alhamdulillah bukan pilihan qu kemaren."
@fajartaufiqrr: "Ahelah, klo konstitusi saja bisa diobrak abrik apalagi beginian. Itulah pentingnya moral dan etika sebagai manusia."
@wiwitsela8: "Heran dah kenapa disebutnya bantuan?! entah itu dari pemerintah atau dari pejabat instansi manapun. APBD kan uang rakyat, pejabat / instansi juga uangnya dari rakyat."
@inpantaufar: "ngangkangi atau nantangin presiden ini."
@vantegrey: "@gibran_tweet gibran kata gue mah lu mending sekolah lagi, ga ada etikanya lu ngelangkahin presiden. Gausah mentang2 bapak lu mantan presiden terus lu semena2 jadi wakil, maruf amin aja dulu jdi wakil bapak lu kaga banyak tingkah, lu jdi bocah tengil amat dodol. Silly."
Meski demikian, bantuan tersebut tetap diterima dengan baik oleh para pengungsi. Salah satu korban, Juriah, merasa sangat terbantu. "Banyak sih, isinya ada teh, biskuit, minyak goreng, gula sama beras 5 kg," ujarnya.
Namun, sorotan terhadap cara pengemasan bantuan ini tetap mencuat, memicu perdebatan terkait etika dan regulasi dalam penyaluran bantuan. (*)