Isu Keretakan di Internal KIM Plus dalam Pilgub DKI: PKS Berjuang Sendiri dengan Logistik Terbatas
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dikabarkan menghadapi tantangan besar dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus yang beranggotakan beberapa partai besar untuk Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024-2029. Dengan keterbatasan logistik dan minimnya dukungan dari partai-partai koalisi lain, PKS dilaporkan harus berupaya sendiri menggalang dukungan. Kondisi ini semakin diperburuk oleh kabar bahwa Partai NasDem, yang sebelumnya tergabung dalam KIM Plus, justru memberi dukungan secara diam-diam kepada pasangan Pramono Anung dan Rano Karno.
Situasi ini menunjukkan bahwa koalisi besar belum tentu menjamin kekompakan. Di internal KIM Plus, kabar perpecahan mulai beredar. Beberapa pihak bahkan disebut-sebut mencari dukungan di luar koalisi, menandakan adanya ketidaksepakatan yang berpotensi memecah koalisi besar tersebut.
Kronologi Dukungan PKS kepada Ridwan Kamil dan Suswono
Pada awalnya, PKS dikabarkan akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon gubernur DKI Jakarta, dengan Sohibul Imam sebagai pendamping. Dalam beberapa bulan terakhir, PKS dikenal sebagai salah satu partai yang paling vokal mendukung pencalonan Anies untuk memimpin ibu kota. Aspirasi kader dan simpatisan PKS untuk mengusung Anies di panggung Jakarta cukup kuat, didorong oleh harapan akan perubahan kepemimpinan.
Namun, strategi berubah ketika PKS memutuskan bergabung dengan koalisi KIM Plus, yang beranggotakan partai besar seperti Partai Golkar, PAN, dan Gerindra. Keputusan bergabung dalam KIM Plus membawa perubahan signifikan dalam rencana awal PKS. Setelah mempertimbangkan berbagai aspirasi serta melakukan konsolidasi di dalam koalisi, PKS akhirnya mendukung pencalonan Ridwan Kamil sebagai calon gubernur dan Suswono sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
Dinamika dalam KIM Plus tampaknya tidak berjalan mulus. Dukungan antarpartai koalisi dikabarkan belum sepenuhnya solid, membuat PKS harus bertahan dengan logistik terbatas serta minimnya dukungan dari partai lain dalam KIM Plus. Selain itu, isu bahwa Partai NasDem memberikan dukungan kepada pasangan Pramono Anung dan Rano Karno semakin memperkeruh situasi, sehingga PKS terlihat berjuang sendiri di tengah koalisi besar ini.
Perkembangan ini memperlihatkan bahwa meski berada dalam koalisi besar, soliditas dan kesepakatan di antara anggota koalisi tetap menjadi kunci keberhasilan. Komentar dari akun X @BangPino__ menyatakan, “KIM Plus terlihat besar tapi terancam pecah di dalam. Tantangan berat untuk PKS kalau sendirian di tengah koalisi yang mulai goyah.”
Respon Netizen
Isu ini memicu berbagai reaksi dari netizen. Banyak yang menyoroti posisi PKS yang berjuang sendiri, sementara yang lain mempertanyakan soliditas KIM Plus.
Akun @RakyatPeduli menulis, “Koalisi besar hanya kuat kalau satu visi. Kalau udah ada yang main sendiri, ya siap-siap pecah. PKS berjuang sendiri? Bisa jadi game changer di Pilgub DKI.”
Sementara itu, akun @WargaBiasa menyampaikan, “PKS punya semangat, tapi kalau logistik minim, pasti berat juga. Semoga bisa solid lagi ya, kasihan kader yang berjuang di lapangan.”
Akun @AntiKorupsi juga berpendapat, “Koalisi gemuk bukan jaminan! Kalau kepentingan udah beda, ya berantakan. Semoga PKS bisa atasi tantangan di Pilgub DKI ini.”
Isu perpecahan dalam KIM Plus menjadi perhatian publik. Banyak pihak kini menyoroti bagaimana dinamika politik dalam koalisi besar ini akan berkembang ke depannya.
Seperti yang dikutip dalam video dari kanal Bocor Alus oleh akun X @BangPino__, terlihat jelas bahwa koalisi besar menghadapi tantangan untuk menjaga soliditas di tengah kepentingan yang beragam.(*)