[BREAKING NEWS] GEGER Kabar Prabowo Dihina Media Asing, Gegara Ngemis Bertemu Donald Trump?

Prabowo Dituding Desperate untuk Mendapatkan Pengakuan dalam Artikel The Economist

Jakarta, 30 November 2024 – Nama Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, baru-baru ini menjadi sorotan warganet setelah sebuah artikel dari media asing, The Economist, terbit pada Kamis (28/11/2024). Artikel tersebut berjudul "Indonesia’s Prabowo is desperate to impress Trump and Xi", yang mengundang berbagai reaksi di media sosial.

Warganet menilai artikel ini memuat penghinaan terhadap Prabowo, menyebutnya sangat ingin membuat kesan terhadap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping. Hal ini merujuk pada sebuah video yang diunggah oleh akun X resmi Prabowo, yang memperlihatkan dirinya sedang berbincang dengan Trump pada Senin (11/11/2024). Dalam video tersebut, Prabowo mengucapkan selamat atas terpilihnya Trump sebagai Presiden AS dan mengungkapkan keinginannya untuk bertemu langsung dengan Trump.

Artikel The Economist mengkritik langkah Prabowo yang baru-baru ini melakukan perjalanan keliling dunia ke enam negara kurang dari tiga minggu setelah dilantik. Perjalanan tersebut dianggap menunjukkan keinginan Prabowo untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara besar. "Kurang dari tiga minggu setelah menjabat, Prabowo berangkat untuk melakukan lawatan keliling dunia. Perjalanan ini direncanakan dengan tergesa-gesa dan menunjukkan bahwa ia terlalu percaya diri dengan kemampuannya sendiri," tulis artikel tersebut.

Artikel ini juga menyoroti percakapan antara Prabowo dan Trump yang diunggah di media sosialnya. Dalam percakapan itu, Prabowo tampak gugup dan menawarkan diri untuk terbang ke mana pun untuk bertemu Trump. Namun, Trump lebih memilih untuk memuji bahasa Inggris Prabowo daripada merespon tawaran pertemuan tersebut.

Meski Prabowo dikenal sebagai lulusan sekolah internasional yang fasih berbahasa Inggris, artikel tersebut mencatat bagaimana percakapan itu menunjukkan keinginan Prabowo yang terkesan mendesak untuk mendapatkan perhatian dari Trump. Pada akhirnya, ia hanya bertemu dengan Presiden Joe Biden dan pejabat lainnya di Washington.

Pemberitaan ini memicu berbagai reaksi di media sosial. Salah satu pengguna X, @goraici, menyebutkan bahwa Prabowo dianggap terlalu ingin mendapatkan persetujuan dari kekuatan asing, yang bertentangan dengan citra dirinya yang seharusnya berani dan tegas terhadap negara-negara besar. Beberapa warganet lainnya juga mencatat bahwa Prabowo seringkali berbicara tanpa benar-benar memahami atau mengimplementasikan apa yang ia ucapkan.

"Prabowo dihina-hina The Economist. Kayak anak kecil minta-minta ketemu Trump tapi dicuekin. A man 'desperate for approval' nggak sesuai janji kampanye yang katanya akan berani dan tegas terhadap kekuatan asing, dll," cuit @goraici.

"Poinnya ada di kalimat akhir. Prabowo terkadang nggak paham dengan apa yang dia ucapkan. Dia ngomong hanya untuk nyenengin orang aja, nggak bener-bener memahami dan mengimplementasikan apa yang dibicarakan. Contohnya, bilang mau perangi korupsi, tapi lingkarannya orang-orang bermasalah," komentar @_sun*********.

"Keinget dia ngomong sir sir sir mulu. Kebiasaan budaya hierarkis di militer jadinya begitu. Ketemu Raja Charles masih masuk akal. Kalau dipakai di Amerika yang egaliter jelas jadi olok-olokan. Tapi poin terakhir emang bener. Prabowo seringnya cuma omong-omong. Ngomong A kelakuan B, besoknya ngomong C," tambah @alg********.

"Wkwkwk finally, The Economist said it. Di sini dipuja puji 'wah berwibawa banget', 'bahasa Inggrisnya bagus', 'akhirnya punya pemimpin yang dihargai sama orang luar'. Tiap baca komentar di IG atau YouTube sampai merinding saking gelinya," sahut @yov*****.

"Ungkapan Sir di Indonesia memang maksudnya sopan dan tata krama, tapi menurut orang luar tidak seharusnya dipakai (berulang-ulang) oleh lawan bicara yang posisinya 'setara'," cuit @fpl_*********.

(*)

Baca Juga