Wakil Presiden Gibran Dihujat, Dibandingkan dengan Anies Baswedan Soal Penyaluran Bansos
Jakarta, 30 November 2024 – Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Republik Indonesia, mendapat sorotan tajam dari publik terkait penyaluran bantuan sosial (bansos). Ia dikecam setelah bantuan yang diberikan menggunakan tas biru bertuliskan "Istana Wakil Presiden, Bantuan Wapres Gibran." Banyak yang menilai hal ini tidak etis dan berpotensi menjadi kampanye terselubung dengan menggunakan dana APBN.
Meski belum ada kepastian mengenai apakah anggaran yang digunakan berasal dari APBN, kritik tersebut langsung muncul, dengan banyak pihak membandingkan tindakan Gibran dengan kebijakan bansos yang dilakukan oleh Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta.
Dalam foto yang beredar di media sosial, tampak bantuan dari Gibran dibagikan menggunakan tas berlogo resmi, sementara bansos yang dilakukan oleh Anies di Jakarta dikemas dalam kardus yang jelas mencantumkan informasi mengenai sumber dana, yaitu "Paket Bantuan Sembako Ini Dibiayai oleh APBD Pemprov DKI Jakarta."
Perbandingan kedua bentuk penyaluran bansos ini menuai beragam reaksi dari warganet di media sosial. Seorang pengguna akun X, @BosPurwa, mengungkapkan bahwa bansos yang dilakukan oleh Anies jauh lebih transparan, dengan menyertakan daftar isi bantuan yang diberikan. Ia juga mengingatkan bahwa sering terjadi masalah dengan bantuan yang tidak sesuai atau kurang lengkap, karena penerima tidak mengetahui isi paket secara rinci.
Sementara itu, warganet lain, @MrRolexRoyce, berpendapat bahwa Anies menjalankan kebijakan dengan prinsip tata kelola yang baik, yang jauh dari potensi fitnah. Ia menganggap perbedaan ini sebagai perbedaan kelas dan standar etika dalam pemerintahan.
Beberapa komentar lain mengkritik keras tindakan Gibran, menilai bahwa ia lebih fokus pada pencitraan menjelang Pemilu 2029. Sebuah akun menyebut bahwa Gibran menggunakan bantuan sosial sebagai alat untuk mencari popularitas, sementara Anies dianggap lebih mementingkan integritas dalam penyaluran bantuan.
Banyak netizen yang merasa bahwa tindakan Gibran menunjukkan kurangnya etika, mengingat bahwa ia masih berada dalam posisi publik yang seharusnya mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam setiap kebijakan. (*)
Editor: Repelita Prima - R1