Netizen ramai kritik Jokowi usai video tak salami Wakil Presiden Indonesia ke-6 Tri Sutrisno viral di media sosial.
Dalam video yang beredar tampak Jokowi tengah bersalaman dengan Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-11 Boediono hingga istri Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid yakni Sinta Nuriyah.
Sayangnya Jokowi terlihat melewati Wakil Presiden ke-6 sekaligus Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno.
Padahal di saat yang sama, Try Sutrisno tampak berusaha berdiri dengan dibantu sang istri.
Mengetahui Jokowi melewatinya, Jenderal (Purn) TNI tersebut spontan langsung duduk kembali.
Video tersebut sontak ramai diunggah dan viral di media sosial X.
"Momen Jokowi tak menyalami Mantan Wakil Presiden ke 6 Bpk Tri Sutrisno padahal pak Tri sudah berdiri tapi hanya dilewati saja…," tulis akun X@BangPino__, (6/10).
Unggahan tersebut sontak picu ragam komentar warganet.
Banyak netizen yang mengaku kecewa dan marah atas sikap Jokowi.
"Ga sopan bgttt itu udah mau berdiri mana udah sepuh ih bener bener yeeee mulyonoooooo," tulis akun @rararsmn.
"ga menghormati," tulis akun @banyaklukanyaa.
"Kan dia ga pernah baca buku, ga tau kalo pak try sutrisno itu pernah jadi wapres RI," Sebut akun @ubliksenthir.
"Gila, sama orang yang sudah Sepuh pun sampai begitunya?," tambah akun @anto_suro.
"pak Tri Sutrisno, purnawirawan jendral TNI, mantan Wapres, sudah sepuh, acaranya peringatan HUT TNI, bersengaja tidak menyalami (mustahil terlewat) lihatlah ibu Tri sdh berdiri, dua orang sepuh yg dikerjai model begitu apa untungnya? Kekonyolan yg tidak lucu sama sekali!, tulis akun @RAMDANAzhariNur.
"Guru itu artinya digugu lan ditiru, didengar dan ditiru. Lah sm pak try aja begitu bagaimana mau dijadiin guru bangsa," tambah akun @masih_kuliah.
Wakil Presiden Indonesia
Pada Februari 1993, setelah masa jabatannya sebagai Panglima ABRI berakhir, Try Sutrisno dicalonkan oleh fraksi ABRI untuk menjadi Wakil Presiden Indonesia.
Meskipun secara teknis fraksi ABRI memiliki hak untuk mencalonkan, hal ini memicu ketegangan dengan Presiden Soeharto, yang awalnya merasa didahului dalam proses pencalonan.
Namun, pada akhirnya Soeharto menerima Try Sutrisno sebagai calon Wakil Presiden, dan ia terpilih dalam Sidang Umum MPR pada tahun 1993.
Sebagai Wakil Presiden, Try Sutrisno tidak pernah sepenuhnya dilibatkan dalam pembentukan kabinet dan kebijakan-kebijakan utama, yang membuat hubungan antara dirinya dan Soeharto sedikit tegang.
Pada 1995, Try sempat mengkritik kebijakan ekonomi dan bisnis yang melibatkan anak pejabat, yang membuat pemberitaannya dibatasi.
Ketegangan semakin meningkat pada akhir 1997, ketika Soeharto memilih untuk tidak mendelegasikan tugasnya kepada Try Sutrisno selama perawatan medis di Jerman, meskipun Try merupakan calon yang diperkirakan bisa menggantikan Soeharto sebagai Presiden.
Pasca Jabatan Wakil Presiden
Pada tahun 1998, setelah lengsernya Soeharto, Try Sutrisno terpilih sebagai Ketua Persatuan Purnawirawan ABRI (Pepabri) dan berhasil menyatukan organisasi tersebut.
Selain itu, Try juga menjadi sesepuh di partai Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), yang dipimpin oleh Jenderal Edi Sudrajat.
Pada tahun 2005, Try Sutrisno bersama sejumlah tokoh politik lainnya membentuk Gerakan Nusantara Bangkit Bersatu, yang mengkritik pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono terkait beberapa kebijakan penting.
Namun, setelah pertemuan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Try mulai melunak dan mendukung beberapa kebijakan pemerintah.***