Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto telah menyelesaikan pelatihan intensif di Lembah Tidar, Akademi Militer, Magelang.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa tujuan pelatihan ini adalah untuk menanamkan nilai disiplin dan integritas dalam pemerintahan.
Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, memberikan pandangan kritis mengenai fenomena tersebut, dengan menyoroti adanya indikasi "friksi" dalam kabinet yang baru berjalan.
Menurut Gatot, friksi ini menjadi alasan Prabowo melakukan antisipasi melalui pembekalan jajarannya di Akmil, Magelang.
"Itu akan terjadi friksi-friksi. Sekarang saja sudah kelihatan ada friksi, dengan kejadian cium tangan (Bahlil kepada Gibran) itu kan salah satu indikasinya," ujarnya, dilansir dari YouTube Hersubeno Arief.
Gatot juga menilai bahwa tindakan seperti penggunaan kop surat untuk kepentingan pribadi menunjukkan ketidaksesuaian dalam etika kepemimpinan.
Ia menganggap bahwa tindakan tersebut bisa menjadi tanda awal ketidakharmonisan atau “organisasi dalam organisasi” yang dapat melemahkan sinergi kabinet jika tidak segera ditangani.
Gatot melihat bahwa Prabowo berusaha menerapkan prinsip "Collaborative Government," yaitu model kepemimpinan yang mendorong sinergi lintas kementerian demi menghadapi kompleksitas persoalan negara.
Dalam model ini, kerja sama yang baik dan disiplin sangat penting. Gatot memandang bahwa pengalaman Prabowo dalam menghadapi tantangan politik di masa lalu menjadi modal bagi presiden untuk membentuk tim yang kuat.
Pelatihan di Lembah Tidar yang diikuti oleh para menteri ini, menurut Gatot, tidak hanya memupuk disiplin dan kerja sama, tetapi juga menyiapkan kabinet untuk menghadapi tantangan dengan mental yang tangguh.
Kabinet Prabowo, yang beranggotakan beberapa tokoh dengan latar belakang militer, dinilai memiliki keunggulan dari sisi kedisiplinan dan etika kepemimpinan.
Dalam pandangannya, bekal ini sangat relevan untuk menciptakan kepemimpinan yang solid dan siap menghadapi dinamika politik dalam pemerintahan.
Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa pendekatan Prabowo ini sangat strategis dan mendasar, terutama dalam meredam potensi friksi di masa depan.
"Saya yakin beliau punya memori yang sangat kuat di Magelang. Mungkin dalam perasaannya, kalau saya tidak dididik di Magelang, saya tidak punya daya juang yang pantang menyerah," tambah Gatot Nurmantyo.(*)