Eep Saefulloh menyatakan pandangannya bahwa tidak realistis untuk membayangkan Presiden Prabowo Subianto akan sepenuhnya melanjutkan kebijakan-kebijakan dari Presiden Jokowi.
Salah satu kebijakan yang menjadi sorotan adalah proyek Ibu Kota Negara (IKN), yang dinilai semakin sulit untuk diselesaikan dalam waktu singkat.
“Tidak masuk akal membayangkan Presiden Prabowo Subianto sepenuhnya menjadi pelanjut apa pun dari kebijakan Jokowi,” ujar Eep Saefulloh dalam pernyataannya yang dilansir dari YouTube Keep Talking.
Wacana mengenai konsep "Twin Capital" muncul sebagai solusi sementara, dengan Jakarta tetap sebagai ibu kota bersanding dengan Nusantara yang akan menjadi ibu kota di masa depan. Namun, hal ini justru memperpanjang tenggat waktu penyelesaian proyek IKN.
Eep Saefulloh memandang langkah ini sebagai strategi Prabowo untuk membangun citra kepemimpinan yang sukses dengan kebijakan-kebijakannya sendiri, bukan hanya sebagai penerus kebijakan pemerintahan sebelumnya.
“Proyek IKN yang dulu kita tahu harus segera diselesaikan tiba-tiba saja menjadi proyek yang sangat berjangka panjang,” ungkapnya.
Menurut Eep, hal ini menunjukkan betapa tidak mudahnya menuntaskan proyek IKN, terlebih lagi mengikuti ambisi Jokowi yang sebelumnya berupaya menyelesaikannya dengan cepat sebagai monumen besar yang ditinggalkan.
Eep Saefulloh juga menekankan bahwa Prabowo tampaknya memiliki pendekatan berbeda dalam memilih kebijakan strategis. Salah satu program prioritas yang ia fokuskan adalah program makan siang bergizi gratis, yang diusulkannya dalam sidang paripurna pertama Kabinet Merah Putih.
Program ini mendapat perhatian serius dari Prabowo, dan ia bahkan meminta komitmen penuh dari para menterinya untuk mendukung program tersebut.
Jika ada menteri yang tidak sejalan, mereka diminta untuk mempertimbangkan kembali posisinya di kabinet. Program makan siang ini menunjukkan fokus Prabowo pada kebijakan yang langsung berdampak pada masyarakat, berbeda dari proyek IKN yang bersifat jangka panjang.
Menurut Eep Saefulloh, keputusan ini mencerminkan keinginan Prabowo untuk menciptakan identitas kepemimpinan yang mandiri dan bukan sebagai pelengkap dari capaian presiden sebelumnya.
Prabowo diperkirakan akan menggunakan "logika teknokratis" dengan perhitungan yang matang agar kebijakan yang ia pilih benar-benar memberikan dampak positif dan menjadi bagian penting dari jejak sukses kepemimpinannya.
Jika IKN tidak memenuhi kriteria tersebut, maka proyek ini bisa saja tidak akan menjadi prioritas utama dalam pemerintahannya.
Dengan anggaran yang besar untuk program makan siang gratis, Prabowo tampaknya lebih memilih kebijakan yang langsung memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.(*)