Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Dipecat PDIP, Gunawan Cerita Sosok yang Awalnya Merangkul Kini Memukul

Abah Gunawan

Surabaya - Calon bupati (cabup) Malang Gunawan HS resmi dipecat PDI Perjuangan karena dianggap membangkang dari kebijakan dan kode etik partai. Gunawan pun buka suara soal pemecatan dirinya.

Hal ini ibarat fenomena puncak gunung es yang kemudian menggelinding bak bola panas. Selama satu dasawarsa berseragam merah, akhirnya Gunawan dianggap sebagai pembangkang yang tik patuh kepada PDIP.

Pemecatan Gunawan ini tertulis dalam Surat Keputusan bernomor 1610/KPTS/DPP/X/2024 tertanggal 1 Oktober yang ditandatangani oleh Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Namun, Gunawan mengakui, nasi sudah menjadi bubur, surat keputusan yang sudah diterima Gunawan harus disikapi bijaksana.

Terlepas dari terbitnya surat itu, Abah Gun, sapaan akrab Gunawan mengaku sebenarnya sudah sangat siap dengan segala konsekuensi ketika dirinya membulatkan tekad bertarung dalam kontestasi Pilbup Malang, dengan atau tanpa PDIP

Ia bercerita, beberapa orang yang dulu seakan ada di depan dan di belakangnya, justru berbalik merangkai serangan yang dilancarkan kepadanya. Tak menaruh dendam, Abah Gun mengaku hanya sedikit kecewa dengan sikap oportunis pragmatis seperti itu.

"Saya menghormati apa yang sudah menjadi keputusan Ibu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Saya hanya gak habis pikir dengan sikap Didik Gatot Subroto dan Darmadi selaku Ketua dan Sekretaris DPC, karena kalau cerita mau dibuat flashback mereka berdua lah yang dari awal mendorong saya maju sebagai calon bupati, namun di detik akhir dari mereka berdua juga cerita diputar balik ke DPP seolah saya adalah kader pembangkang yang mengesankan saya haus kekuasaan," sesal Abah Gun, Minggu (6/10/2024).

"Entah apa yang ada dalam pikiran Didik juga Darmadi, tiba-tiba pada satu kesempatan mereka mendatangi beberapa petinggi DPP, di hadapan petinggi DPP tersebut mereka berdua berusaha meyakinkan dan meminta supaya di Kabupaten Malang, PDI Perjuangan menyiapkan satu bakal calon alternatif sebagai bakal calon Bupati Malang, mengingat menurut mereka ada indikasi loyalitas Sanusi terhadap PDI Perjuangan diragukan. Sehingga, seandainya Sanusi meninggalkan PDI Perjuangan, PDI Perjuangan tidak repot cari calon pengganti, lalu di hadapan petinggi DPP tersebut nama saya disodorkan," imbuhnya.

Sejak jauh-jauh hari, Abah Gun menyebut, otak-atik namanya untuk dijadikan sebagai 'cadangan' calon Bupati Malang dari PDI Perjuangan, justru tidak diketahui olehnya. Kabar tersebut baru diterima Abah Gun dari putra sulungnya, Vebry Wirantha.

"Jauh sebelum DPC membuka penjaringan bakal calon, suatu malam itu Didik melakukan panggilan video kepada Vebry, anak saya. Saat itu Didik tidak sendiri, dia ditemani Darmadi dan ternyata posisi mereka ada di Jakarta, menemui petinggi DPP. Nah, di hadapan petinggi DPP itu Didik dan Darmadi meyakinkan dan meminta Vebry untuk menyampaikan kepada saya agar berkenan ikut mendaftar sebagai bakal calon Bupati dari PDI Perjuangan," jelas Abah Gun.

Tanpa berlama-lama, pesan yang disampaikan Didik dan Darmadi kepada Vebry itu akhirnya sampai ke Abah Gun. Yang mengejutkan, ketika Vebry menyampaikan pesan Didik dan Darmadi kepada sang ayahanda, justru ditolak mentah-mentah. Abah Gun enggan menjadi lawan dari sahabatnya sendiri untuk memperebutkan jabatan.

"Saya katakan kepada anak saya, saya menolak. Saya sampaikan 'janganlah, ayah tidak mau berbenturan dengan sahabat ayah yang sudah sejak muda ayah berteman'. Penolakan saya masih berlanjut, bahkan sampai suatu ketika saya diundang oleh Darmadi ke ruang kerjannya di Kantor DPRD Kepanjen. Saat saya datang di ruangan itu sudah ada tiga orang, anak saya, seorang kawan dari DPC dan Darmadi sendiri. Kami berempat mengobrol, Darmadi terus meyakinkan saya supaya mendaftar sebagai calon Bupati," tuturnya.

Pertemuan di ruang kerja Darmadi itu sebenarnya sedikit membawa titik terang. Setelah Darmadi meminta Vebry menghubungi seorang elite di DPP PDI Perjuangan melalui sambungan telepon, menyarankan agar Abah Gun bukan dijadikan sebagai alternatif bakal Calon Bupati, tetapi maju sebagai bakal calon Wakil Bupati mendampingi Sanusi.

"Beliau meminta sambungan telepon di-loudspeaker supaya saran dan masukan dari beliau dapat kami dengar berempat, dalam sambungan telepon itu justru beliau meminta kami, khususnya saya mempertimbangkan hubungan emosional dengan Sanusi. Bahkan kalaupun mental saya siap, beliau justru menyarankan saya maju sebagai Wabup saja, mendampingi Sanusi, mengingat saat itu kehendak Ibu Ketua Umum khusus Kabupaten Malang yang ideal adalah Calon Bupati PDI Perjuangan menggandeng kader sendiri," ungkapnya, yang kemudian skenario tersebut gagal terlaksana.

Kondisi Abah Gun sebetulnya belum sepenuhnya pulih saat maju dalam Pilbup Malang. Ibarat perang, Abah Gun masih menderita luka yang hebat akibat pertarungan dalam Pileg beberapa waktu lalu.

"Awal saya tidak ada niat mencalonkan diri sebagai Bupati, bahkan pada saat Pemilu Februari kemarin saya masih mengkampanyekan Sanusi sebagai Bupati, dapat dibilang tidak ada hari yang terlewatkan saya tidak mengkampanyekan Sanusi sebagai Bupati. Setiap saya baksos ke daerah bencana dengan bagi-bagi sembako, stiker bergambar saya dan Sanusi selalu ada berdampingan. Sampai segitunya," beber pria kelahiran Malang 24 November 1960 ini.

Puncak kegalauan Abah Gun akhirnya muncul pada Rabu (1/5/2024). Kala itu, sejumlah PAC PDI Perjuangan yang bernaung dalam relawan Poros Perjuangan mengambil formulir pendaftaran bakal calon Bupati di kantor PDI Perjuangan dan mengantarkan formulir itu kepada Abah Gun di kediamannya di Gondanglegi.

"Pada saat mereka menyerahkan formulir pendaftaran, saya masih menolak. Bahkan untuk mengembalikannya pun saya masih mikir 1000 kali. Tapi karena Darmadi dan Didik terus meyakinkan saya, bahwa saya harus siap, demi partai yang menurut mereka juga sudah di komunikasikan dengan DPP, maka akhirnya saya luluh, saya datang ke DPC di hari terakhir mengembalikan formulir tersebut," ujarnya.

Pasca pendaftaran di DPC, Abah Gun bilang, Didik dan Darmadi menjadi dua orang yang begitu semangat melakukan penjajakan lintas partai. Sikap yang ditunjukkan Didik dan Darmadi itu membuat Abah Gun meyakini bahwa totalitas keduanya tak perlu diragukan.

"Awal-awal, Darmadi dan Didik sangat intens komunikasi, bisa dibilang dibanding saya, masih lebih agresif mereka berdua dalam membangun komunikasi dengan lintas partai, bahkan menurut teman dari Gerindra, dan Pak Siadi Ketua DPD Golkar Kabupaten Malang justru yang pertama kali menghubungi mereka supaya mendukung saya adalah Darmadi, pertemuannya di salah satu kafe di Blimbing Kota Malang dan di Hotel Regent," ucap alumnus Unmer Malang itu.

Lebih jauh, dorongan dari Didik dan Darmadi untuk Abah Gun maju dalam pesta demokrasi Kabupaten Malang bahkan berlanjut hingga Rakernas PDI Perjuangan 24-26 Mei.

"Darmadi secara lisan menyampaikan kepada saya, akan segera melaksanakan konsolidasi level fraksi, DPC bahkan sampai ke PAC dan ranting. Masih di Jakarta saat Rakernas PDI Perjuangan berlangsung, kepada anak saya, Darmadi meminta untuk segera menyiapkan dana untuk melaksanakan konsolidasi fraksi," beber Abah Gun.

"Mengingat saat itu yang mendapat undangan Rakernas hanya fraksi, maka Darmadi minta sementara disiapkan dana untuk mengumpulkan fraksi yang kebetulan sedang ada di Jakarta. Berhubung untuk kepentingan partai yang oleh undang-undang diperbolehkan, maka anak saya transfer dana yang dimaksud lewat ajudan Darmadi," imbuhnya.

Interaksi intensif Abah Gun dengan Darmadi berlangsung hingga proses lobi-lobi politik ke sejumlah elite partai di Jawa Timur. Darmadi bahkan ikut serta saat Abah Gun bertemu dengan Sekretaris Jenderal Golkar, Sarmuji.

"Saat awal saya bertemu, silaturahim dengan Pak Sarmuji, saya malah ditemani Darmadi, bahkan Darmadi ikut meyakinkan Pak Sarmuji dengan men-downgrade Sanusi, yang katanya Sanusi gak komitmen, gak konsisten dan lain sebagainya," ungkapnya.

Seiring berjalan waktu, setelah melakukan serangkaian konsolidasi yang melelahkan, Abah Gun menerima kabar mengejutkan jika Darmadi menerima tawaran dan telah bergabung dengan Tim 9 Pemenangan Sanusi. Bahkan, Darmadi didapuk sebagai ketua.

"Sekalipun demikian Didik-Darmadi masih meminta saya untuk menggalang dukungan kepada PAC-PAC dengan memberi jadwal saya melakukan konsolidasi internal. Makanya saya heran ketika di akhir cerita mendekati rekom turun, mereka berdua, terutama Darmadi gak pernah komunikasi kepada saya bahwa rekom akan ke sanusi," tutur Abah Gun.

"Entah cerita apa yang dimaikan tiba-tiba sikap dia berbalik 360 derajat, bersikap orang yang paling memusuhi saya, dan seolah-olah paling Sanusi banget, bukan hanya kepada saya tapi juga kepada teman-teman DPC yang sedari awal dia ajak bersama-sama menemani saya, ikut dikucilkan dan dihabisi perannya," imbuh Abah Gun.

Namun saat ini, Abah Gun sudah legowo dengan keputusan PDI Perjuangan. Tetapi, yang menjadi penyesalannya yakni usulan pemecatan dirinya datang dari DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang.

"Dan yang paling saya sesali, dari info yang saya dapat, dari beberapa kolega, justru Darmadi juga yang menginisiasi usulan ke DPP terkait pemecatan saya dengan cerita yang diputar balik. Seolah saya berkhianat dengan melakukan pembangkangan terhadap perintah Ibu Mega. Saya menanggung risiko pemecatan dari partai yang saya cintai, dari Ibu Ketua Umum yang saya hormati, saya terima pemecatan ini karena semata saya tidak mau melukai harapan rakyat Kabupaten Malang yang sudah terlajur mendukung pencalonan saya sebagai Bupati Malang, saya memilih menjaga kepercayaan yang saya dapat dari rakyat hari ini sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai ideologi yang diajarkan di PDI Perjuangan yang bersumber dari pemikiran Bung Karno," katanya.

Abah Gun berharap, penderitaan yang dialaminya saat ini tidak terjadi pada orang lain. Cukup ia yang menjadi tumbal keganasan politik Didik dan Darmadi.

"Biarlah segala cerita yang saya alami, akan tersimpan dalam sejarah yang akan menjadi pembelajaran untuk rakyat Kabupaten Malang. Biarkan saya saja yang menjadi korban. Dan kepada seluruh simpatisan, relawan dan masyarakat Kabupaten Malang, saya minta agar tetap bersatu, tetap optimis. Saya mendoakan semoga mereka yang berbuat zalim mendapat hidayah Allah SWT. Dan kepada mereka saya berpesan, mengutip apa yang disampaikan oleh Bung Karno, ingatlah bahwa 'kekuasaan itu ada batasnya, karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat, dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa'," bebernya.

Tidak lupa, Abah Gun menyampaikan apresiasi kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang selama ini telah menjadi panutan bagi dirinya.

"Kepada Ibu Ketua Umum, mohon maaf, saya terpaksa harus memilih jalan berseberangan dengan Keputusan ibu, sebab tak mungkin saya meninggalkan rakyat yang terlajur meminta saya untuk memimpin mereka. Namun saya akan tetap menghormati ibu, dan sekalipun saat ini saya tidak diakui lagi sebagai kader PDI Perjuangan, cinta saya tidak akan pernah putus kepada PDI Perjuangan. Pak Sekjen Hasto Kristiyanto, terima kasih sudah memberi saya kesempatan belajar dan berhikmat lewat PDI Perjuangan," pungkasnya.

Sumber Berita / Artikel Asli : detik

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Ads Bottom

Copyright © 2023 - Repelita.com | All Right Reserved