Dua tersangka pembubaran diskusi di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, menyesali perbuatan mereka setelah ditangkap polisi. Gregorius Upi, pengacara dari tersangka, mengatakan kliennya menyadari tindakan tersebut tidak dibenarkan dan mengakibatkan ketidaknyamanan.
“Mereka menyesali tindakan mereka yang telah membuat kegaduhan dan siap untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka sesuai dengan proses hukum yang berlaku,” katanya saat dihubungi, Senin, 30 September 2024.
Dalam kasus ini, polisi menetapkan Fhelick E. Kalawali (38 tahun) dan Godlip Wabano (22 tahun) sebagai tersangka. Mereka diduga ikut membubarkan diskusi Silaturahmi Kebangsaan Diaspora Bersama Tokoh dan Aktivis Nasional berlangsung pada 28 September 2024 di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan.
Mereka dijerat pasal tentang pengeroyokan, perusakan, dan penganiayaan. Acara yang dibubarkan oleh sekitar 30 orang tersebut juga menimbulkan kerusakan fasilitas hotel.
Gregorius menyebut tindakan kliennya hanya inisiatif pribadi dan tidak ada keterlibatan dengan pihak manapun, termasuk kepolisian. Informasi diskusi yang didapat juga berasal dari berbagai sumber.
Namun alasan dari perbuatan kliennya, dia menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk menelusuri. “Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk mendalami motif di balik tindakan klien kami,” tuturnya.
Dia mengatakan penangkapan terhadap kliennya sehari setelah kejadian pembubaran itu viral di media sosial. Setelah itu dua pelaku diberikan pendampingan hukum oleh pengacara saat diperiksa dalam tahap penyidikan.
Wakapolda Metro Jaya, Brigadir Jenderal Djati Wiyoto Abadhy, mengatakan, Fhelick merupakan koordinator lapangan. Kemudian Godlip Wabano diduga terlibat merusak spanduk acara.
“Ini sebagai koordinator lapangan dan penganiayaan kepada petugas keamanan, satpam, termasuk anggota Polri juga ada yang menjadi korban,” ucap Djati di Polda Metro Jaya, kemarin.
Selain dua orang itu, polisi juga memeriksa pelaku pembubaran diskusi lainnya dengan inisial JJ, LW, dan MDM. Mereka masih dalam tahap pemeriksaan dan belum ditetapkan sebagai tersangka seperti dikutip dari tempo
Ini Identitas Koordinator Perusuh Acara Diskusi Tokoh, Sempat Pelukan Dengan Polisi
Sejumlah acara masyarakat sipil diadang oleh massa tak dikenal dalam dua hari terakhir, seperti diskusi Forum Tanah Air dan aksi mengarak 'Raja Jawa' di Jakarta.
Acara-acara ini memang digelar sebagai bentuk kritik terhadap berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, terutama menyinggung rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam undangan yang diterima terkait aksi arak-arakan, massa aksi disebut akan mengarak 'Raja Jawa' dan membacakan '7 deadly sins' dari rezim yang dianggap telah memperburuk kondisi demokrasi dan kelestarian lingkungan.
Massa aksi awalnya berencana kumpul di Taman Menteng Jakarta Pusat sekitar pukul 14.00 WIB dan melakukan longmars ke Skate Park Dukuh Atas.
Namun, saat aksi hendak dimulai dari Taman Menteng, tiba-tiba segerombolan massa tak dikenal mengadang dan merampas alat peraga aksi yang mereka bawa.
"Mereka lihat poster yang kita bawa. Tiba-tiba alat peraga diambil, poster yang Raja Jawa. Semua diambil. Mereka banyak. Mereka lebih banyak. Toa diambil," kata salah satu peserta aksi bernama Arhan.
Namun, massa tetap melanjutkan aksi dengan melewati rute Jalan HOS Cokroaminoto, Jalan Imam Bonjol, hingga Jalan Jendral Sudirman.
Saat di jalan Jenderal Sudirman dan hendak belok menuju kawasan Skate Park Dukuh Atas, mereka tiba-tiba dihalau oleh sekelompok massa tak dikenal lagi. Sekelompok massa itu meminta aksi dibubarkan.
Terlihat massa tak dikenal ini mencoba merebut atribut aksi. Mereka juga terlibat cekcok hingga timbul kericuhan.
"Mereka incar di pinggir jalan. Nah pas pertigaan mereka cepat tiba-tiba lari ambil alat peraga. Mereka juga menendang," kata salah satu peserta aksi Arhan.
Usai ricuh, para peserta aksi pun perlahan-lahan membubarkan diri sekitar pukul 15.37 WIB
Penyerangan juga dirasakan oleh diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air di sebuah hotel di Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (28/9).
Diskusi yang dihadiri oleh sejumlah tokoh seperti Refly Harun, Marwan Batubara, Said Didu, M. Din Syamsuddin, Rizal Fadhilah, dan Sunarko itu dibubarkan paksa oleh sekelompok orang tak dikenal.
Din Syamsuddin mengatakan awalnya sejak pagi sekelompok massa tak dikenal telah melakukan aksi orasi dari atas mobil komando di depan hotel sebelum acara dimulai.
"Tidak terlalu jelas pesan yang mereka sampaikan kecuali mengkritik para narasumber yang diundang dan membela rezim Presiden Jokowi," kata kata Din dalam keterangannya.
Kemudian, saat acara akan dimulai massa tersebut justru masuk ke dalam ruangan dan mulai melakukan aksi perusakan.
"Acara baru akan dimulai massa anarkis memasuki ruangan hotel dan mengobrak abrik ruangan. Polisi kelihatan diam membiarkan massa pengacau," ucap Din.
Akibatnya, acara diskusi batal dan menjadi konferensi pers. Dalam konferensi pers itu, para pembicara mengecam tindakan brutal kelompok massa dan menyayangkan aparat keamanan tidak menjaga keamanan dan melindungi masyarakat yang berkumpul di ruangan hotel.
Marwan Batubara yang juga turut hadir dalam acara itu membenarkan ihwal aksi penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang. Sekuriti hotel katanya juga bahkan juga turut menjadi korban dalam aksi penyerangan tersebut.
"Mereka masuk ke dalam ruangan dan mengobrak-abrik perangkat, misalnya ada tripod, screen untuk in focus atau display lah ya, lalu mic, ada tongkat mic dicabut dipukulkan ke meja pokoknya menyerang dengan cara yang brutal," tutur dia.
"Dan ini kita nyatakan, setelah itu kan konferensi pers, ini tidak beradab, ini primitif, ini biadab, ini represif, itu secara objektif memang seperti itu adanya," sambungnya.
INI DIA KOORDINATOR PERUSUH ACARA DISKUSI TOKOH
Nama : Yacobus
Pekerjaan : kordinator parkir discotik 2001 Cengkareng
Alamat : jln. Kapuk Raya Cengkareng Jakarta barat
Tunggu apa lagi @DivHumas_Polri?
Mohon jangan sampai kasus ini berkembang jadi konflik horisontal dan isue SARA!
NIH ORANGNYA... YANG BERPELUKAN DENGAN POLISI.***