erangan roket dan pesawat tak berawak lintas batas Hizbullah telah merusak lebih dari seribu properti di Israel sejak Oktober. Sekitar 1.307 roket ditembakkan dari Lebanon menuju Israel pada bulan Agustus, lebih banyak dibandingkan dengan 1.091 pada bulan Juli dan 855 pada bulan Juni.
Surat kabar keuangan Israel Globes mengutip data dari Otoritas Pajak Israel mengatakan serangan tersebut telah menyebabkan kerugian hingga US$1 miliar shekel (sekitar Rp4 triliun). Ribuan orang mengungsi dari Israel utara karena tembakan roket hampir setiap hari dari Hizbullah dan kelompok lain di Lebanon selatan.
Data dari Direktorat Horizon Utara di Kementerian Pertahanan Israel mengatakan kerusakan telah mempengaruhi 1.400 properti dalam jarak sembilan kilometer dari perbatasan Israel-Lebanon, 52 persen di antaranya adalah apartemen dan rumah. Properti lain yang terkena dampak adalah pertanian, bangunan kosong, bangunan umum, bisnis, dan infrastruktur.
Laporan itu mengatakan data tersebut hanya mencakup kerusakan akibat serangan langsung dan tidak mencakup kerusakan tidak langsung. Data direktorat tersebut menyebutkan bahwa 79 persen kerusakan properti — sekitar 1.093 properti — sejak awal perang disebabkan oleh "tembakan musuh". Selain itu, diperkirakan ada sekitar 293 properti rusak akibat aktivitas tentara Israel.
Bentrokan lintas batas antara Israel dan Hizbullah telah terjadi sejak Israel melancarkan perang terbarunya di Gaza pada bulan Oktober. Bentrokan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi regional yang lebih luas. Apalagi Israel telah menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut.
Penduduk Israel utara telah memprotes penanganan situasi oleh pemerintah, menuduh pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal melindungi komunitas mereka.
Pada hari Selasa (10/9/2024), anggota Knesset Israel Dan Illouz dan Zvi Sukkot menulis surat kepada Netanyahu yang mendesaknya untuk membatalkan kesepakatan gas 2022 yang disepakati dengan Lebanon karena pertempuran tersebut.
"Mengingat serangan harian terhadap Israel dari Lebanon sejak 7 Oktober, tidak ada pembenaran untuk mempertahankan perjanjian saat ini," kata surat itu. Dalam wawancara dengan Maariv, Ilouz menggambarkan kesepakatan itu sebagai "pada dasarnya hadiah bagi negara yang dikendalikan oleh Hizbullah".
Sekitar 60.000 warga Israel telah mengungsi dari rumah mereka akibat serangan lintas perbatasan harian antara Hizbullah dan pasukan Israel, yang dimulai pada 8 Oktober tahun lalu.
Serangan Israel terhadap Lebanon telah menewaskan lebih dari 70 warga sipil, termasuk anak-anak, dan sekitar 300 pejuang, termasuk anggota Hizbullah serta anggota kelompok lain yang melaksanakan operasi melawan Israel dari Lebanon.