Dampak pesonanya yang hilang gara-gara kalah Pilpres 2024, satu persatu pendukung setia Anies Baswedan pergi meninggalkannya.
Demikian pendapat Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno dalam tayangan Indonesia Lawyers Club bertajuk "Presiden Diganti Sebulan 8 Hari Lagi, Setelah Oktober, Mau Kemana Jokowi?" yang dilihat redaksi, Jumat (13/9).
Padahal saat menang Pilkada Jakarta 2017 bersama Sandiaga Uno, Adi mengaku menyaksikan pesona Anies Baswedan luar biasa.
"Bahkan tiga parpol memberikan tiket maju pilpres," kata Adi.
Ketiga parpol tersebut adalah PKS, PKB, dan Partai Nasdem yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.
"Tapi setelah kalah pilpres, aura kebintangan Anies hilang," kata Adi.
Hal itu terbukti tiga parpol yang sejak awal memberikan dukungan ke Anies untuk maju Pilkada Jakarta, tiba-tiba berubah haluan.
"Tiba-tiba belok arah, iman politiknya berubah tidak lagi bersama Anies," kata Adi.
Hari ini, kata Adi, nyaris tak ada orang yang memuji atau memungut prestasi Anies selama memimpin Jakarta.
"Cuma jubir new comer yang masih setia menemani Anies. Sekelas Sudirman Said sudah balik badan," demikian Adi seperti dikutip dari rmol
Dukung Anies Jika Bikin Partai Politik, Rocky Gerung: Indonesia Punya Kultur Ajaib
Figur eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengisyaratkan kemungkinan membentuk partai politik atau parpol baru untuk menampung aspirasi pendukungnya.
Jika bikin parpol, Anies dapat dukungan dari pengamat politik Rocky Gerung.
Menurut Rocky, antusiasme pendukung Anies itu harus ditampung di dalam perlembagaan. Kata dia, dalam politik harus diucapkan dengan cara formil.
"Keformilah itu disuarakan melalui partai politik," kata Rocky dalam akun YouTube Rocky Gerung Official yang dikutip pada Rabu, 4 September 2024.
Dia bilang dengan parpol atau ormas, maka Anies bisa menampung jumlah aspirasi yang surplus sejak perhelatan Pilpres 2024. Dengan parpol, ada semacam keresmian dalam berpolitik.
"Tidak menunggu-menunggu momen bahwa nanti menunggu pemilu berikutnya. Dia siapkan dari sekarang infrastruktur politiknya," ujar Rocky.
Bagi Rocky, Anies sudah memiliki kelengkapan berpikir sehingga bisa didukung legitimasi parpol.
"Kan software-nya dia punya yaitu kelengkapan akademis, ketajaman intuisi. Macam-macam hal dan dukungan legitimasi kan," lanjut Rocky.
Rocky setuju dengan dalil Anies bahwa ada legitimasi maka diperlukan institusi.
"Bukan institusi yang menghasilkan legitimasi. Nggak," jelas Rocky.
Pun, dia menambahkan jika Anies ingin membangun kekuatan politik melalui pelembagaan partisipasi yaitu dengan parpol.
Sebab, dengan keberadaan parpol maka bisa berujung dukungan terhadapnya.
Apalagi, Anies masih dikaitkan dengan kepentingan Pilpres 2029. Dijelaskan Rocky, membentuk parpol merupakan cara yang baik untuk memanfaatkan surplus dukungan.
"Itu cara yang bagus, cara yang baik untuk memulai memanfaatkan kelebihan surplus suara atau potensi dukungan dengan menampungnya dalam parpol. Dan, itu memungkinkan 5 tahun ke depan," lanjut Rocky.
Kemudian, ia berujar dengan membangun parpol, maka Anies dilihat merintis dari awal.
"Melihat Anies memang merintis dari awal karena kakinya itu berakar," ujarnya.
Dia bilang posisi Anies dalam politik selama ini terkesan digantung oleh elite parpol.
"Selama ini Anies tuh berayun aja seolah digantung sehingga kakinya gak sampai di bumi sehingga pikirannya beredar di wilayah elite," tutur Rocky.
Lantas, jika benar mendirikan parpol, kapan waktu yang tepat untuk Anies mendeklarasikan ? Menurut Rocky, deklarasi adalah bagian kesiapan teknis.
Namun, ia menyarankan Anies untuk mendeklarasikan saat 20 Oktober 2024 karena momen pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI terpilih.
"Akan terasa dramatis kalau saat Prabowo dilantik, di hari Pak Jokowi berhenti sebagai Presiden pada 20 Oktober. Di hari bersejarah itu Anies juga mendeklarasikan partai politiknya,***