Anggota DPR RI, Irma Suryani Chaniago, menanggapi komentar Rocky Gerung tentang pemain naturalisasi di Timnas Indonesia.
Irma mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh pernyataan Rocky terkait isu ini.
"Jangan pernah terpengaruh segala ocehannya Rocky Gerung terkait dengan pemain Naturalisasi," ujar Irma dikutip dari videonya yang beredar di X (20/9/2024).
Menurut Irma, penggunaan pemain naturalisasi di dunia sepak bola adalah hal yang umum dan sah-sah saja.
"Pemain naturalisasi sebetulnya sah-sah saja digunakan sebuah tim di seluruh dunia," ucapnya.
Bahkan, kata Irma, kehadiran pemain naturalisasi dapat memperkuat tim serta menjadi motivasi bagi para pemain muda Indonesia.
"Tim ini justru akan menambah kekuatan dan menjadi motivasi bagi anak-anak Indonesia," sebutnya.
"Jadi gak perlu yah terpengaruh oleh ucapan si Rocky Gerung," tambahnya.
Irma juga menambahkan bahwa Rocky mungkin kehilangan panggung setelah masa tugas Presiden Jokowi berakhir.
"Saya ini terus terang curiga bung Rocky ini sudah habis kontrak buzzer politiknya karena Presiden Jokowi sudah selesai masa tugasnya," Politikus NasDem ini menuturkan.
Dituturkan Irma, karena masa jabatan Presiden Jokowi sudah di ambang pintu, maka Rocky tidak lagi memiliki panggung untuk menyerang ayah Gibran Rakabuming itu.
"Karena selesai masa tugasnya, gak bisa lagi dia bully-bully, gak ada lagi panggung," cetusnya.
Irma bilang, selama ini Jokowi tidak pernah menggubris setiap ocehan dari Rocky. Olehnya itu, ia meminta kepada masyarakat agar mengikuti pola-pola Presiden Jokowi.
"Pak Jokowi sebenarnya selama ini gak pernah mau tuh ladenin dia, karena saya yakin menurut pak Jokowi gak level omongan Rocky itu," tandasnya.
Sebelumnya, Akademisi Rocky Gerung, memberikan pandangannya tentang fenomena naturalisasi pemain untuk Timnas Indonesia.
Dikatakan Rocky, euforia di persepakbolaan Indonesia saat ini bisa menutupi kenyataan bahwa para pemain di lapangan bukanlah hasil dari pengembangan bibit lokal, melainkan pemain naturalisasi.
"Euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu sebetulnya adalah bukan grup yang kita idealkan sebetulnya," ujar Rocky dikutip dari unggahan akun X @muannas_alaidid (16/9/2024).
Ia menyebut hal ini sebagai "penipuan terhadap sensasi", di mana naturalisasi dilakukan sebagai solusi instan, tetapi mengabaikan upaya jangka panjang untuk membina talenta lokal.
"Karena apa yang sekarang disebut sebagai naturalisasi itu semacam penipuan terhadap sensasi," ucapnya.
Rocky mengkritik pendekatan ini, menganggapnya tidak selaras dengan prinsip patriotisme.
"Misalnya ada naturalisasi, tentu ada sesuatu yang tidak fit and proper dengan prinsip-prinsip patriotisme," cetusnya.
Meskipun sepak bola adalah olahraga global dan memberikan kegembiraan bagi banyak orang, ia berpendapat bahwa Timnas seharusnya dibangun dari talenta asli Indonesia.
"Tetapi kalau ada Timnas itu dan dianggap bahwa Timnas harusnya datang dari bibit-bibit kita," sebutnya.
Ia juga menyoroti bahwa naturalisasi mungkin menghentikan proses pembibitan pemain muda yang sebenarnya penting untuk keberlanjutan prestasi.
"Karena belum ada bibit, maka kita naturalisasi. Itu juga semacam pembenaran sehingga pembibitan itu berhenti," Rocky menuturkan.
Rocky menekankan pentingnya membangun kebanggaan nasional melalui pembibitan pemain lokal, meskipun itu berarti Timnas mengalami kekalahan sementara.
"Jadi kita mesti anggap, walaupun kita kalah melulu tapi kita ada upaya untuk menghasilkan prestasi melalui pembibitan," terangnya.
Menurutnya, prestasi sejati harus datang dari upaya jangka panjang yang melibatkan pengembangan kurikulum olahraga yang didukung oleh ilmu olahraga modern.
"Kurikulum yang bahkan bisa dibantu dengan ilmu olahraga mutakhir. Jadi kita musti hidupkan kembali bahwa sepakbola itu kebanggaan nasional. Bukan hasil dari naturalisasi. Kira-kira dalilnya itu," imbuhnya.
Rocky kemudian mengingatkan publik saat Presiden Jokowi menghampiri pemain Indonesia usai laga melawan Timnas Australia. Tidak sedikit supporter yang berteriak 'Mulyono'.
"Peristiwa Presiden Jokowi mungkin ketika masuk lapangan memuji-muji lalu diMulyonokan, itu penanda sinisisme," sentilnya.
Ia juga mengaitkan hal ini dengan kebijakan negara, menyamakan pemain naturalisasi dengan praktik berutang dari luar negeri, di mana solusi instan dipilih tanpa memikirkan dampak jangka panjang.
"Seolah-olah hendak dikatakan pak Presiden kita menang tapi pak Presiden tidak memberi perhatian penuh pada olahraga sehingga terpaksa kita musti seperti kebiasaan presiden, hutang luar negeri," tandasnya.
Rocky bilang, dengan berhutang dari luar negeri sehingga dianggap bahwa pemain-pemain yang dinaturalisasi itu sebetulnya sama seperti meminjam.
Ia juga menyinggung, terlalu banyak pemain naturalisasi di Timnas Indonesia, yang ia sebut sebagai "nat" dibandingkan "nas," yang merujuk pada identitas asli Timnas.
"Kita tahu bahwa di Timnas kita sebetulnya nasnya itu sedikit sekali, yang banyak adalah natnya. Itu naturalisasi," kuncinya.