Kiki Andriawan, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Isra, di Dusun/Desa Ciranggon, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang, mengklarifikasi soal tuduhan pencabulan atau pelecehan seksual terhadap 20 santriwati.
"Saya selaku pengasuh ponpes memastikan bahwa isu dugaan pelecehan seksual yang bergulir itu tidak benar," kata Kiki di aula Kementerian Agama Kabupaten Karawang, Jumat (9/8).
Kiki menyampaikan klarifikasi itu didampingi Humas Kemenag Karawang dan PCNU Karawang.
Berikut klarifikasi Kiki selengkapnya:
Saya selaku pengasuh ponpes memastikan bahwa isu dugaan pelecehan seksual yang bergulir itu tidak benar.
Kalau saya harus berbicara kronologi dari awal, panjang.
Ketika itu santri bersangkutan terindikasi melakukan tindakan di luar sewajarnya, pacaranlah, bahasanya, tapi akhirnya kena-kenanya saya.
Saya khawatir hubungan dia sama lawan jenis, khawatir berimbas ke keselamatan dirinya.
Jadi waktu itu pun sudah saya hadirkan ortu santri untuk mengklarifikasi, saya kasih informasi bahwa anak tersebut sudah melakukan tindakan yang kurang baik dengan lawan jenis.
Saya menolong awalnya.
Nah dari indikasi ini, dari kasus tersebut anak ini menyimpan rasa kesal, barangkali, dendam sehingga dia membuat kelompok di mana ada beberapa santri tidak tahu apa-apa terbawa-bawa isu bahwa saya melakukan pelecehan.
Saya pastikan, pelecehan itu tidaklah terjadi baik sengaja maupun tidak disengaja.
Kemudian, di saat itu pun kami sudah ada yang namanya pertemuan dengan orang tua santri Sabtu hari pas Ramadan, dan semua orang tua santri tiba-tiba datang tanpa ada tabayun. Kan adabnya, bisa tabayun dulu dengan pihak kami. Kalaupun memang terbukti, ayo selesaikan.
Saat itu, karena mereka langsung percaya dengan laporan anaknya, dengan seolah si anak itu dilecehkan sengaja oleh saya, orang tua tersebut langsung percaya. Orang tua termakan informasi yang datangnya dari santri. Seolah itu benar-benar nyata adanya padahal saat itu tidak ada kejadian apa pun.
Ini diinisiasi oleh dua orang santriwati, dia telepon melalui hp ke orang tuanya. Mereka orang tua membuat grup secara khusus tanpa sepengetahuan saya, secara etika kan kalian kalau ada yang mau disampaikan bisa baik-baik dulu komunikasi ke saya. Jangan langsung menjustifikasi bahwa saya seperti itu.
Akhirnya meluas ke mana-mana, bahkan saya di situ langsung dituduh mentah-mentah oleh salah satu orang tua siswa.
Nah, akhir daripada itu berpengaruh pada yang lainnya padahal selama saya di sini, lillahitaala membantu (mengurus) santri, tapi kenyataannya kebaikan yang saya berikan, hangus oleh satu hal ini.
Jujur kami semua pengelola kaget dengan ini, saya tulus dari hati yang paling dalam mendidik anak-anak.
Mudah-mudahan teman-teman media dapat mampu menetralisir kejadian ini
Ini kan sudah lama selesai saat itu. Setelah itu, tidak ada laporan kedua kalinya. Tapi setelah santri bersangkutan menerima ijazah, baru mereka bermain.
Bahkan ada salah satu ortu siswa itu melontarkan bahasa kasar yang tidak baik, sampai ada bahasa iblis ke saya.
Saya dianjing-anjing digoblog-goblog, bilang anak trauma. Usut punya usut saya telusuri kepada guru-guru, trauma di mananya. Mereka baik-baik saja, euforia tidak ada trauma apa pun. Sekolah tetap sekolah.
Saya khawatir dengan adanya ini akan ada oknum yang menunggangi untuk semakin menjatuhkan kredibilitas yayasan kami ataupun marwah pesantren.
Saya pastikan waktu itu sudah selesai persoalan ini, tapi ternyata mereka diam-diam melaporkan ini kepada pihak berwajib seperti dikutip dari kumparan
Sebelumnya Santriwati melaporkan kepada pihak Kepolisian berkaitan kasus dugaan pencabulan yang dilakukan pemilik pesantren di Kabupaten Karawang tersebut.
"Dugaannya korban ada 20 orang. Untuk sementara yang lapor baru enam orang," ujar Saepul Rohman kuasa hukum korban. Rata-rata korban berusia 13 tahun sampai dengan 15 tahun dan korban masih pelajar SMP.
"Korban masih di bawah umur," katanya. Ketua tim kuasa hukum yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Sanggabuana Karawang itu menyampaikan dugaan pencabulan oleh pemilik pondok pesantren tersebut sudah dilakukan sejak empat bulan lalu.***