Tak seperti saksi lainnya yang diwarnai haru saat bertemu Dedi Mulyadi, Okta malah terlihat santai.
Pemuda bernama lengkap Okta Rangga Pratama (23) itu dengan tenang siap membela kembali para temannya, yang kini mendekam di balik jeruji besi.
Ia tak takut bila kesaksiannya dihadapkan dengan kesaksian Aep.
Pada hari itu, Okta nongkrong di depan SMP 11 Cirebon bersama para terpidana.
Saat itu, ia baru pulang dari kerja bangunan.
"Dari situ azan Magrib pulang ke rumah masing-masing, jam 7 lebih (malam) keluar main di warung Bu Nining," ceritanya kepada Dedi Mulyadi di channel Youtube Dedi Mulyadi yang tayang pada Selasa (11/6/2024).
Di warung Bu Nining, Okta menenggak minuman keras bersama para terpidana lainnya.
Kala itu, Okta masih berusia 15 tahun.
Sekitar pukul 21.00 WIB, mereka kemudian pindah ke depan rumah Hadi yang berada di pertigaan jalan, tak jauh dari Warung Bu Nining.
Setelah minum minuman keras, kepala mereka terasa pusing.
"Di sana (rumah Hadi) minum lagi sebentar, udah pusing. kemudian pindah ke rumah kosong Pak RT. Langsung tidur. sampai pagi. Bareng sama anak-anak lain, yang sekarang terpidana juga di situ," ceritanya.
Dengar kecelakaan
Okta sempat mendengar adanya kecelakaan lalu lintas dari tetangga.
Namun, berselang beberapa hari kemudian, anak-anak yang menginap bersamanya di depan SMP 11 Cirebon ditangkap.
Penangkapan itu terjadi saat Okta baru pulang kerja sekitar pukul 16.00 WIB.
"Itu pas Okta pulang abis mandi ngedenger tetangga itu di depan bilang ada penggerebekan. Dikira Okta ada anak tawuran atau apa lah," ujarnya.
Setelah penangkapan itu, Okta sempat diperiksa oleh polisi.
Sama seperti kesaksian Udin, temannya, Okta mengatakan bahwa dirinya menginap di rumah Pak RT usai menenggak minuman keras bersama teman-temannya yang ditahan.
Saat diperiksa, ia mengaku sempat mendapatkan intimidasi oleh penyidik.
"Saya bilang ke Pak RT. Kata polisinya orang Pak RT enggak ngakuin gitu. Saya bilang orang tidur di situ pak masa saya mau bohong, tidak berubah keterangannya, kekeh. Ada ditekan sih tapi yakin diri sendiri," katanya.
Menurut Okta, teman-temannya yang kini berada di balik jeruji besi tak bersalah.
Ia pun ragu dengan Aep yang memberikan kesaksiannya kepada Iptu Rudiana, ayah Eky.
Aep melihat teman-teman Okta sedang nongkrong di depan SMP 11 Cirebon saat malam hari.
Ia melihat ketika sedang membeli rokok di warung dengan jarak 100 meter.
"Padahal enggak ada warung rokok saat itu. Dulu cuma ada warung madura di depan MAN 2 Cirebon, tapi itu jauh," ujarnya.
Okta pun seketika tertawa mendengar kesaksian Aep.
Ia siap dipanggil kembali untuk diperiksa di Polda Jabar hari ini.
Udin juga konsisten
Mental Udin tak gentar ketika dipanggil penyidik ke Polda Jabar untuk dimintai kesaksiannya di malam Vina dan Eky terbunuh pada Sabtu (27/8/2016) silam.
Ia mengatakan kesaksian yang dialaminya dengan yakin pada kejadian 8 tahun silam itu.
Di malam minggu itu, pria bernama lengkap Ahmad Saefudin tersebut sedang menginap di rumah kosong milik Ketua RT setempat, Abdul Pasren.
Udin pun mengaku bahwa para terpidana itu turut tidur bersamanya di rumah Pasren ketika peristiwa keji itu terjadi.
Udin menyampaikan saat itu dia dijemput oleh Eko di bengkel milik Pak Toto sekitar 18.30 WIB pada Sabtu (27/8/2016).
"Nah begitu jam 8 (malam) pergi lah ke (warung) Bu Nining, itu udah ada orang, lagi pada minum ciu, saya ikut minum, ngobrol-ngobrol di situ sampai Jam 9. Jam 9 ibu Nining negur karena udah malem. Udin pindah ke Rumah Hadi di pertigaan, tiduran di situ karena pala pusing kan," jelasnya kepada Dedi Mulyadi seperti dikutip dari Youtube Channel Dedi Mulyadi yang tayang pada Senin (10/6/2024).
Udin bersama sejumlah terpidana tidur di Rumah Hadi sampai sekitar pukul 22.00 WIB.
Setelah itu, mereka berpindah tempat ke rumah kosong milik Ketua RT, Abdul Pasren.
"Pindahlah ke rumah Pak RT, udah tidur. Pulang pagi," tambahnya.
Beruntung, kesaksiannya tak membuat Udin terseret ke dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky.
Ia hanya dimintai keterangan saja terkait peristiwa keji itu.
Tak Goyah
Udin tak goyah ketika ia kembali diperiksa oleh penyidik di Polda Jabar dan harus menjelaskan peristiwa 8 tahun silam itu.
Keterangannya tetap konsisten seperti kesaksian yang dialaminya saat itu.
"Tidak ubah BAP. Di Polda (Jabar) sama enggak mengubah BAP sama," ujarnya.
Namun, setelah itu, ia sempat didatangi pihak kepolisian ke rumah.
Di sana, Udin ditanya kembali oleh penyidik soal kesaksiannya.
"Kamu tidur di tempat Pak RT. Sedangkan Pak RT enggak ngakuin," kata penyidik.
"Nanti kamu dipertemukan sama Pak RT, kamu berani?" tanya penyidik lagi.
Mendengar itu, Udin menjawab bahwa dirinya berani bertemu 4 mata dengan Ketua RT tersebut.
"Berani saya bilang," pungkasnya.
Seperti diketahui, AEP merupakan saksi yang bekerja sebagai tukang cuci mobil di sebuah bengkel yang kebetulan berdekatan dengan tempat kejadian perkara (TKP).
Saksi AEP juga mengaku sempat dimintai keterangan oleh Dirkrimum Polda Jawa Barat dan Polres Cirebon untuk memastikan pelaku yang diamankan adalah DPO pembunuhan Vina dan Eki.
Terkuaknya kasus Vina Cirebon ini juga tak lepas berkat kesaksian Aep kepada ayah korban Eki, Rudiana beberapa hari setelah kejadian.
Dari kesaksian Aep itulah akhirnya polisi menangkap delapan pemuda Cirebon, satu di antaranya masih di bawah umur kala itu.
Delapan tahun kasusnya berlalu, Aep mengaku masih ingat dengan wajah para pelaku kasus pembunuhan Vina dan Eki.
Awalnya, Aep tidak tahu bahwa geng motor yang sering nongkrong di depan temapt kerjanya adalah pelaku pembunuhan Vina dan Eki.
Sebab di malam kejadian, Aep cuma melihat momen sekilas Vina dan Eki dilempari batu oleh geng motor tersebut.
"Waktu kejadian kamu lagi apa?" tanya Dedi Mulyadi dilansir TribunnewsBogor.com dari laman Youtube-nya, Senin (27/5/2024).
"Lagi beli rokok, jajanan di warung, di samping SMP 11. Ada motor korban lewat, jalan biasa aja. Terus dilemparin batu, langsung kabur. Dikejar sama anak muda yang nongkrong di situ, motornya ada. Pakai jaket biru muda," ungkap Aep.
Ditanyai soal sosok para pelaku yang melempari dan mengejar Vina Eki, Aep mengaku tak mengenali identitas melainkan hanya tahu wajahnya.
Terutama Pegi, Aep ternyata masih hafal wajah Pegi meski kejadian tersebut sudah berlalu delapan tahun lalu.
"Yang namanya Pegi, tahu wajahnya?" tanya Dedi Mulyadi.
"Tahu," kata Aep.
"Waktu peristiwa itu ada?" tanya Dedi Mulyadi.
"Waktu malam itu ada," ujar Aep.
"Gimana bisa tahu ada Pegi?" tanya Dedi lagi.
"Dia (Pegi) kumpul sama anak-anak. Dia ada di lokasi. Itu kan lagi pada nongkrong di situ. Yang saya lewat itu ada dia di situ," ungkap Aep.
Dicecar soal sosok Pegi, Aep mengaku siap bersumpah di pengadilan.
Bahwa Aep melihat Pegi ada di TKP saat pembunuhan Vina dan Eki.
"Kalau bicara nama saya enggak kenal kalau itu Pegi. Tapi kalau bicara wajah saya mengenal bahwa itu Pegi," akui Aep.
"Siap nanti disumpah di atas Quran?" tanya Dedi Mulyadi.
"Siap saya," jawab Aep.
Rupanya ingatan Aep terkait wajah dari Pegi itu lantaran ia juga pernah terlibat masalah dengan para pemuda yang nongkrong di tempat kerjanya.
Belakangan Aep terkejut karena para pemuda tersebut adalah pelaku pembunuhan Vina dan Eki.
Karena Aep mengaku pernah dipukuli bahkan diinjak oleh para pelaku kasus Vina sebelum insiden pembunuhan terjadi.
"Kebiasaan mereka (para pelaku) nongkrong di SMP 11. Kenal wajah cuma saya enggak tahu nama-namanya. Kenal wajah karena sering lihat," ungkap Aep.
"Pernah ada konflik dengan mereka?" tanya Dedi Mulyadi.
"Pernah dulu. Teman bawa perempuan. Anak punk saya ajak kerja namanya Momo. (Momo) bawa perempuan ke bengkel. Udah gitu jam setengah 11 saya langsung digeruduk. Saya posisi di depan lagi nulis bikin gambar, warga langsung datang. Di situ saya dipukulin, sama warga," ujar Aep.
"Tapi bukan (dipukuli) hanya sama yang 7 orang?" tanya Dedi.
"Bukan, banyak (warga)," kata Aep.
"Ada pemukulan?" tanya Dedi lagi.
"Iya, di situ saya dipukulin, diinjak-injak (oleh warga dan para pelaku)," pungkas Aep.
Lantaran hal tersebut, Aep pun yakin dengan jumlah pemuda yang diduga terlibat pembunuhan Vina dan Eki.
Karena saat kejadian Aep melihat semua pelaku ada di TKP.
"(Para pelaku) saling mengenal. Makanya saya juga sempat kaget yang namanya Pegi itu. Yang mana sih Pegi itu. Setelah ketangkep, saya lihat fotonya, itu saya tahu, anak-anak situ juga masih satu tongkrongan sama mereka," imbuh Aep.