Polemik nasab habaib terus menjadi sorotan publik, bahkan Raja Dangdut Rhoma Irama turut buka suara.
Dalam satu podcast bersama KH Anas Kurdi, Rhoma Irama berbagi pengalaman saat mengisi ceramah bersama seorang habib.
Menurut Rhoma, habib tersebut agak aneh dan nyeleneh. Ia mengatakan, habib asal Betawi itu mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan Islam.
"Habib ini berpidato, saya waktu itu sebagai penceramah kedua, Ustaz (Anas Kurdi). Dia cerita, saya kaget-kaget ini di antara yang masih saya ingat, hei itu kalau ada anak habib, walaupun dia mabuk-mabukan, walaupun dia penzina, pencuri, penjudi, jangan kata ape-ape. Ini habib Betawi nih, jangan kata apa-apa, dia itu keturunan nabi, jangan disakiti, jangan diomelin, biarin aja, dia itu ahli surga, gitu kan?" ucap Rhoma Irama kepada KH Anas Kurdi, Rabu, 19 Juni 2024.
Dia pun mengaku heran, mengapa bisa seorang habib ceramah di depan jamaah mengajarkan maksiat dalam Islam tidak apa-apa.
"Saya terhenyak, mendengar itu, apa begitu Islam? (Bicara) dalam hati ya," kata Rhoma.
Tanggapan Gus Baha
Ahli Tafsir Alquran asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha beberapa kali kerap berdakwah bersama para habaib.
Gus Baha bahkan sangat menaruh hormat kepada para habaib sebagaimana gurunya KH Maimun Zubair atau Mbah Moen.
Dalam suatu kesempatan, Gus Baha juga sempat singgung soal penyanyi dangdut lelaki yang juga suka berdakwah.
"Itu kiai fatwanya lucu, kalau kamu datangi dia pas main dangdut masih saya beri izin. Tapi kalau datangi dia pas pengajian itu tak larang," ucap Gus Baha.
Gus Baha pun melanjutkan, santri tersebut akhirnya menjadi isykal atau bingung.
"Pas ngaji dilarang, tapi pas dangdutan malah dapat izin. Bukan berarti (dangdutan) halal, ya. (Hanya) dapat izin," katanya.
"Suatu saat si santri ini (setengah wali) lama-lama memahami gurunya. Ternyata sirri (rahasia yang tersembunyi)-nya begini, kalau seorang penyanyi yang tidak pernah ngaji kemudian ngomong agama potensinya itu sesat dan menyesatkan," tambahnya.
Gus Baha juga mengatakan, hal tersebut akhirnya menjadi masuk dalam hukum fikih Islam.
"Sehingga itu menjadi fikih. Bahaya terbesar dalam fikih adalah mengkaji fikih tidak dari ahlinya," tandasnya.