Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad menyebut ada dua skenario menjegal Anies Baswedan di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta.
“Ada dua skenario yang mungkin dimainkan untuk menjegal Anies,” kata Saidiman dikutip dari unggahannya di X, Jumat (21/6/2024).
Pertama, kata dia, Anies tidak mendapatkan partai politik. Skenario ini menurutnya mungkin terjadi.
“Jika semua partai ingin bergabung ke dalam koalisi pemerintahan dan istana (Jokowi dan Prabowo) memberi syarat agar partai koalisi pemerintahan tidak bersekutu dengan Anies. Jika ini yang terjadi, Anies akan otomatis gagal ikut dalam pemilihan gubernur,” jelasnya.
Jika skenario pertama gagal, karena misalnya ternyata mulai muncul partai yang mendekati Anies seperti PKB dan PDI Perjuangan, maka skenario kedua adalah mengalahkan Anies dalam pemilihan gubernur Jakarta 2024.
“Anies sejauh ini cukup populer dan mendapatkan elektabilitas yang sangat tinggi di Jakarta. Tidak mudah mengalahkan mantan gubernur dengan approval rating tinggi seperti Anies,” tuturnya.
Karenanya dibutugkan tokoh dengan popularitas dan penerimaan publik yang relatif setara untuk bisa mengalahkannya.
Tokoh yang diperkirakan memiliki popularitas dan penerimaan publik yang relatif setara dengan Anies sejauh ini adalah Ridwan Kamil.
“Maka muncullah nama Ridwan Kamil di kalangan partai pendukung pemerintahan terpilih,” ucapnya.
Namun situasi yang ada tentu sangat dinamis. Saiduman menduga masing-masing partai dan elit pendukung pemerintah ini punya target yang berbeda.
“Jokowi mungkin punya target jangka panjang memuluskan jalan Gibran 2029. Tapi partai seperti Gerindra sangat mungkin punya target lain. Mendorong Ridwan Kamil maju di Jakarta sama artinya memberi peluang kader barunya, Dedi Mulyadi, untuk menjadi pemenang Pilgub Jawa Barat,” ujarnya.
Ia bilang, survei SMRC terbaru menemukan Ridwan Kamil nyaris tanpa lawan di Jawa Barat.
Pesaing utamanya adalah Dedi Mulyadi dengan selisih dukungan yang jauh. Jika Ridwan berlaga di Jakarta, potensi Dedi menang di Jawa Barat menjadi terbuka.
“Golkar mungkin yang paling dilematis. Di satu sisi, partai ini bagian dari pendukung tokoh yang memiliki agenda 2029: Jokowi. Di sisi lain, Golkar juga punya agendanya sendiri, yakni memenangkan kadernya dalam pemelihan gubernur di wilayah yang sangat strategis,” imbuhnya.
Melalui Ridwan Kamil, Golkar berkesempatan memenangkan Pilgub Jawa Barat, itu akan melengkapi kemenangan Golkar dalam pemilihan legislatif di provinsi terbesar itu.
“Peluang Ridwan di Jakarta untuk menang lebih kecil dibanding Jawa Barat. Jauh lebih realistis Golkar mengamankan peluang menang di Jawa Barat dibanding berjudi melawan tokoh sepopuler Anies di Jakarta. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mari menunggu,” pungkasnya.