GAZA: Hamas menginginkan jaminan tertulis dari Amerika Serikat untuk gencatan senjata permanen dan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza guna menandatangani proposal gencatan senjata yang didukung AS, kata dua sumber keamanan Mesir.
Mediator Qatar dan Mesir mengatakan Hamas pada Selasa telah menanggapi rencana gencatan senjata bertahap untuk mengakhiri perang delapan bulan antara Israel dan kelompok militan Palestina, tanpa memberikan rincian.
Rencana tersebut diumumkan pada akhir Mei oleh Presiden AS Joe Biden. Hal ini mencakup pembebasan bertahap sandera Israel yang ditahan di Gaza dan penarikan kembali pasukan Israel dalam dua tahap, serta pembebasan tahanan Palestina, dengan rekonstruksi Gaza dan pengembalian jenazah sandera pada tahap ketiga.
Amerika Serikat mengatakan Israel menerima usulan tersebut, namun Israel belum menyatakannya secara terbuka.
Sumber-sumber Mesir dan sumber ketiga yang mengetahui perundingan tersebut mengatakan Hamas memiliki kekhawatiran bahwa proposal saat ini tidak memberikan jaminan eksplisit mengenai transisi dari tahap pertama rencana tersebut, yang mencakup gencatan senjata enam minggu dan pembebasan beberapa sandera. ke fase kedua, yang mencakup gencatan senjata permanen dan penarikan Israel.
Sumber-sumber Mesir mengatakan Hamas hanya akan menerima rencana tersebut jika ada jaminan, dan Mesir telah melakukan kontak dengan AS mengenai permintaan tersebut.
“Hamas menginginkan jaminan transisi otomatis dari satu fase ke fase lainnya sesuai perjanjian yang ditetapkan oleh Presiden Biden,” kata sumber ketiga.
Hamas dan pihak berwenang Mesir tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Saat mengumumkan rencana tersebut, Biden mengatakan jika negosiasi untuk beralih ke tahap kedua berlangsung lebih dari enam minggu, gencatan senjata akan terus berlanjut seiring perpanjangan negosiasi tersebut.
Hamas mengatakan pada hari Selasa bahwa tanggapan “positif” terhadap proposal tersebut membuka “jalan lebar” untuk mencapai kesepakatan.
Namun seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan Hamas telah “mengubah semua parameter utama dan paling berarti,” dan menggambarkan tanggapan kelompok tersebut sebagai penolakan terhadap proposal Biden untuk pembebasan sandera.
Seorang pejabat non-Israel yang mengetahui masalah ini, yang juga menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dalam tanggapannya, Hamas telah mengusulkan batas waktu baru untuk gencatan senjata permanen dengan Israel dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, termasuk Rafah.
Lebih dari 37.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, kata pejabat kesehatan di daerah kantong yang dikuasai Hamas.
Perang dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menculik sekitar 250 lainnya, menurut penghitungan Israel.
Para perunding dari AS, Mesir dan Qatar telah berusaha selama berbulan-bulan untuk memediasi gencatan senjata dan membebaskan para sandera, lebih dari 100 di antaranya diyakini masih disandera di Gaza. [ARB]